Parapuan.co - Stunting, atau gagal tumbuh kembang pada anak akibat kekurangan gizi kronis, adalah masalah serius yang dihadapi banyak negara berkembang, termasuk Indonesia.
Meskipun seringkali luput dari perhatian karena dampaknya tidak selalu terlihat secara langsung, stunting memiliki konsekuensi jangka panjang yang merugikan, tidak hanya bagi individu anak, tetapi juga bagi kemajuan suatu bangsa secara keseluruhan. Oleh karena itu, penanganan stunting menjadi sangat penting dan mendesak.
Stunting didefinisikan sebagai tinggi badan menurut usia yang berada di bawah standar deviasi tertentu berdasarkan kurva pertumbuhan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO). Kondisi ini bukan hanya masalah tinggi badan yang pendek, melainkan indikator adanya masalah gizi kronis yang terjadi sejak dalam kandungan hingga anak berusia dua tahun (periode 1000 Hari Pertama Kehidupan).
Stunting adalah ancaman nyata bagi masa depan bangsa. Dibutuhkan penanganan yang serius, terpadu, dan berkelanjutan, untuk dapat memutus rantai stunting serta membangun generasi yang lebih sehat, cerdas, dan produktif.
Kesadaran inilah yang mendorong ChildFund International di Indonesia yang tak pernah berhenti mendukung upaya pemerintah menurunkan stunting melalui program berbasis masyarakat. Program Percepatan Penurunan Stunting atau Acceleration of Stunting Rejection Program (ASRP) ini sukses menurunkan angka stunting di beberapa wilayah di Kota Bogor dari 35,9% menjadi 28,6%.
ASRP, yang diluncurkan pada tahun 2022, melanjutkan kesuksesan inisiatif sebelumnya, Bapak Ibu Anak Tangguh Kota Bogor (Batagor), yang dilaksanakan di Bogor dari tahun 2020 hingga 2021.
"Program ini bertujuan untuk menurunkan prevalensi stunting dan isu malnutrisi lainnya dengan melibatkan pemangku kepentingan lokal utama, termasuk TPPS (Tim Percepatan Penurunan Stunting), Bapperida, Dinas Kesehatan, puskesmas, pemerintah daerah, dan relawan masyarakat terlatih," ujar Siti Aisah, Health Specialist ChildFund International di Indonesia.
/photo/2025/06/13/whatsapp-image-2025-06-11-at-18-20250613053645.jpg)
Bertujuan mengoptimalkan 1.000 hari pertama kehidupan bagi anak usia 0-23 bulan, ASRP beroperasi di wilayah perkotaan dan perdesaan, dengan salah satu lokasinya di Kota Bogor, Jawa Barat.
Baca Juga: Sering Menjadi Pertanyaan, Apa Perbedaan Stunting dan Gizi Buruk?
Program ini berhasil mempromosikan pengasuhan yang responsif, peningkatan gizi anak, dan perubahan perilaku positif yang berkelanjutan di tingkat masyarakat.
“ASRP berkontribusi pada penurunan angka stunting dari dari 35,9% menjadi 28,6%. Program ini juga membantu penurunan gizi buruk berat dari 9,4% menjadi 3,2% dan gizi buruk dari 26,6% menjadi 12,7%. Sementara angka anak dengan berat badan sangat kurang menurun dari 21,9% menjadi 14,3%,” ujar FE. Eriyanto, Pimpinan Yayasan Warga Upadaya, mitra inti ChildFund International di Indonesia di wilayah Bogor.
Pencapaian ini menunjukkan dampak pendekatan berbasis masyarakat yang berakar pada konteks dan kemitraan lokal. Di sisi lain, program ini juga mendapatkan pengakuan dari Pemerintah Kota Bogor.
"Program ini memberikan tiga hal kepada masyarakat. Pertama, edukasi terhadap pola asuh kepada anak, pengetahuan gizi bagi keluarga dan memberikan gambaran terkait dengan pengembangan upaya penurunan stunting," ujar Rudy Mashudi, Kepala Bapperida Kota Bogor.
Berangkat dari kesuksesan program ini, ChildFund International di Indonesia berinisiatif mereplikasi program tersebut di Kota Kupang dan Kabupaten Sumba Barat Daya, Nusa Tenggara Timur, dengan Yayasan Masyarakat Cita Madani sebagai mitra utama.
Pada tahap awal implementasi, program ini berhasil mempromosikan pengasuhan yang responsif. Indikator keberhasilan terlihat jelas: 85,9% orang tua dan pengasuh (267 dari 311) menunjukkan peningkatan pengetahuan tentang gizi anak dan pengasuhan.
Selain itu, seluruh 37 kader masyarakat mengalami peningkatan pengetahuan dan kapasitas mereka.
Program ini mendapat dukungan penuh dari pemerintah Kota Kupang dan Kabupaten Sumba Barat Daya.
“Dukungan dari berbagai pemangku kepentingan memegang peranan yang sangat penting dalam menjamin keberlanjutan program ini, mulai dari keluarga, masyarakat, pemerintah daerah, puskesmas, Bapperida, Dinas Kesehatan, DP3A, dan pihak terkait lainnya,” ujar Silvester Seno, Pimpinan Yayasan Cita Masyarakat Madani.
(*)
Baca Juga: Deteksi Dini Kanker Serviks, TBC, dan Stunting Jadi Langkah Penting Indonesia Sehat 2045