Parapuan.co - Ada banyak istilah yang muncul saat kita membahas tentang berat badan anak. Tidak hanya gerakan tutup mulut (GTM) yang menghambat penambahan berat badan anak, tetapi istilah gizi buruk, bahkan stunting juga muncul.
Berdasarkan Hasil Survei Status Gizi Indonesia (SSGI) pada 2022, angka stunting berada di angka 21,6 persen. Angka ini sebenarnya menurun sekitar 2,8 persen dari tahun 2021 lalu.
Banyak dari orang tua yang menganggap bahwa anak stunting sama dengan gizi buruk, padahal keduanya berbeda. Berikut penjelasan tentang gizi buruk dan stunting selengkapnya!
Penyebab dan Ciri-Ciri
Dilansir dari Grid Health, gizi buruk terjadi pada anak karena asupan gizi yang tidak terpenuhi dalam waktu singkat. Sementara itu, stunting terjadi karena faktor pemicu jangka panjang.
Faktor pemicu yang dimaksud ialah kurang gizi kronis, protein harian tidak tercukupi, hingga infeksi berulang di awal kehidupan anak.
Pada dasarnya, ada ciri-ciri menojol yang bisa terlihat apakah anak itu stunting atau hanya gizi buruk. Anak stunting secara jelas terlihat tumbuh kembangnya terhambat.
Tidak hanya memiliki tinggi badan lebih rendah, tetapi proporsi tubuh cenderung tampak lebih muda dari anak seusianya. Biasanya, berat badan anak dengan stunting juga rendah untuk anak seusianya.
Berbeda dengan stunting, anak dengan gizi buruk biasanya memiliki kulit kering, lemak di bawah kulit berkurang, otot mengecil, dan pada tahap lanjut perut jadi membuncit.
Baca Juga: Dukung Remaja Sehat, Si Paling Megang Gelar Roadshow di Samarinda bersama Kemenkes