Parapuan.co - Dalam iklim pencarian kerja yang semakin kompetitif, banyak perusahaan berlomba-lomba menyusun lowongan pekerjaan dengan kata-kata yang terdengar keren dan menjanjikan. Sayangnya, tidak semua frasa tersebut terdengar menarik di telinga para pencari kerja.
Beberapa bahkan justru dianggap sebagai sinyal bahwa perusahaan kurang memahami apa yang sebenarnya dicari oleh kandidat. Survei yang dilakukan Adobe terhadap lebih dari 1.000 pelamar dan perekrut menunjukkan adanya kesenjangan besar antara harapan perusahaan dan kebutuhan pencari kerja.
Berikut lima frasa yang sering muncul dalam iklan lowongan kerja dan terkesan keren, tetapi malah menunjukkan bahwa perusahaan kurang peka terhadap realitas dunia kerja seperti dilansir dari Your Tango!
1. “Customer-obsessed”
Sekilas terdengar positif, menunjukkan dedikasi terhadap pelanggan. Namun ternyata, 33% responden survei menyatakan frasa ini justru membuat mereka enggan melamar.
Alih-alih memberi kesan profesional, frasa ini cenderung membingungkan dan membebani. Apa sebenarnya arti “terobsesi dengan pelanggan”? Apakah berarti harus melayani tanpa batas waktu? Apakah ada ekspektasi kerja berlebihan?
Sebagai alternatif lebih sehat, perekrut bisa menuliskan: “Berkomitmen memberikan pengalaman yang berarti bagi pelanggan”. Ini jauh lebih jelas dan tidak terasa menuntut secara ekstrem.
2. “Wear many hats”
Frasa yang menyiratkan soal multitasking ini juga membuat 33% pencari kerja memilih mundur. Meski terdengar fleksibel, sebenarnya ini kode bahwa perusahaan mengharapkan satu orang mengerjakan pekerjaan banyak posisi sekaligus—tanpa tambahan kompensasi.
Baca Juga: Menteri P2MI Sarankan Cari Lowongan Kerja di Luar Negeri, Ini Tipsnya
Hal ini sangat tidak disukai terutama oleh pelamar di bidang kesehatan, di mana beban kerja dan risiko burnout sudah tinggi. Alih-alih memperbaiki kondisi kerja, perusahaan justru ingin pegawai melakukan lebih banyak hal dari yang seharusnya.
3. “Rockstar”
Mencari "rockstar" untuk posisi kerja mungkin dimaksudkan agar perusahaan terdengar keren dan dinamis. Tapi realitanya, 32% pelamar merasa frasa ini terdengar aneh dan tidak profesional.
Terutama bagi pelamar dari generasi X dan baby boomer, istilah ini justru mengundang tanda tanya besar soal kredibilitas perusahaan. Dalam banyak kasus, frasa ini digunakan oleh startup untuk menggambarkan ekspektasi tinggi—sering kali tanpa bayaran sepadan. Kandidat ingin perusahaan yang serius, bukan yang hanya tampil keren di permukaan.
4. “High sense of urgency”
Secara harfiah, frasa ini mengisyaratkan bahwa pelamar harus bisa bergerak cepat dan sigap. Tapi di balik itu, tersembunyi gambaran lingkungan kerja yang penuh tekanan dan serba terburu-buru setiap saat.
Ini bisa menjadi pertanda bahwa perusahaan tidak punya sistem yang baik, sehingga karyawan terus-menerus harus ‘kebut semalam’. Akibatnya? Risiko burnout meningkat, kualitas kerja menurun, dan kehidupan pribadi bisa ikut terganggu.
5. “Fast-paced environment”
Beberapa orang mungkin menganggap "kemampuan beradaptasi dengan cepat" sebagai tantangan. Namun, banyak juga yang membaca frasa ini sebagai kode lingkungan kerja yang kacau, penuh tekanan, dan tidak terstruktur—terutama di industri seperti hospitality atau ritel.
Meski tidak selalu negatif, frasa ini butuh ditelaah lebih lanjut. Apakah “cepat” yang dimaksud berarti efisien dan terorganisir, atau justru karena perusahaan kekurangan staf dan target tidak realistis?
Jadi, jika kamu sedang merekrut tenaga kerja, hapus frasa-frasa seperti di atas dari info lowongan kerja.
Baca Juga: Ada 70 Persen Peluang Lowongan Kerja untuk Profesional Indonesia di UEA
(*)