Suara Perempuan Indonesia yang Tak Bisa Lagi Dibungkam dan Diabaikan

Tim Parapuan - Kamis, 4 September 2025
Aksi Damai Perempuan Indonesia, Suara yang Tidak Bisa Lagi Diabaikan
Aksi Damai Perempuan Indonesia, Suara yang Tidak Bisa Lagi Diabaikan (KOMPAS/RONY ARIYANTO NUGROHO)

Sementara itu, Lucia Priandarini, seorang penulis sekaligus peserta aksi, menilai demonstrasi kali ini sebagai aksi paling inklusif dan berwarna. Menurutnya, masyarakat dari berbagai latar belakang hadir dan bersatu.

"Kelompok-kelompok yang biasanya terpinggirkan juga terwakili. Ada perempuan, queer, teman-teman disabilitas, bahkan disediakan juru bahasa isyarat," jelas Rini.

Ia menambahkan, "Andai dalam keseharian pemerintah juga lebih peka terhadap kebutuhan minoritas, maka kebijakan publik akan jauh lebih adil."

Keadilan dalam Pendidikan Harus Ditegakan

Dari sisi dunia akademik, suara lantang juga datang dari Ketua Serikat Pekerja Kampus, Dhia Al Uyun. Ia menegaskan perlunya perlindungan nyata bagi perempuan pekerja kampus yang kerap menghadapi diskriminasi. Menurut Dhia, keberadaan satgas kampus masih sebatas formalitas tanpa hasil nyata.

"Upah layak, kebijakan kampus yang berpihak pada kesehatan dan keselamatan kerja adalah hal mendesak. Perempuan sering mengalami diskriminasi dalam lingkungan kerja, termasuk karena faktor like and dislike," jelas Dhia.

Ia mjuga enekankan bahwa perjuangan perempuan tidak hanya di jalanan, tetapi juga di ruang-ruang akademik.

Perlindungan Warga Sipil 

Sementara itu, Echa Wa’ode, Sekretaris Umum Arus Pelangi, menyoroti kondisi kebebasan sipil yang semakin menghilang. Menurutnya, negara justru gagal menjamin hak dasar warga untuk bersuara. Hal yang terlihat belakangan ini justru suara-suara kritis dibungkam dengan kriminalisasi, intimidasi, dan kekerasan.  

Ia menekankan bahwa konstitusi Indonesia dan hukum internasional sebenarnya sudah jelas mengamanatkan perlindungan terhadap kebebasan sipil. Sayangnya, dalam praktik, pemerintah lebih sering menggunakan pendekatan represif yang merugikan rakyat. 

Dengan ini, aksi protes kali ini menjadi simbol kuat perjuangan perempuan. Aliansi Perempuan Indonesia diharapkan akan terus menegakkan keadilan dengan melibatkan lebih banyak elemen masyarakat. Ini seolah menegaskan bahwa perlawanan bukan sekadar simbolik, melainkan gerakan panjang agar suara rakyat tidak dibungkam.

Baca Juga: Mengapa Suara Perempuan Penting dalam Narasi Demonstrasi di Indonesia?

(*)

Putri Renata

Sumber: Kompas.id
Penulis:
Editor: Kinanti Nuke Mahardini