Kurnianing Isololipu

Kepala Prodi Magister Administrasi Bisnis, Universitas Katolik Indonesia Atma Jaya, Pemerhati Perempuan

Ketika Perempuan Beraksi, Bersuara

Kurnianing Isololipu Jumat, 5 September 2025
Ketika perempuan beraksi, bersuara.
Ketika perempuan beraksi, bersuara. (akinbostanci/Getty Images)

Tulisan ini merupakan pandangan pribadi dari penulis.

Parapuan.co - Perempuan dan unjuk rasa, di Kamis, 28 Agustus 2025 di depan Gedung DPR/MPR adalah sebuah scene yang menarik dicermati untuk memahami peran perempuan di dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Seorang ibu berjilbab pink, diketahui kemudian, Ibu bernama Anna itu, tertangkap kamera video dan foto, sedang memegang bendera merah putih, berdiri tepat di hadapan barikade polisi di tengah hujan deras mengguyur. Tangkapan layar membuat situasi yang terekam di dalam foto dan video, menjadi dramatis dan berujung pada keviralan di media sosial.

Ternyata, tak hanya Anna, sebagai sosok perempuan yang melakukan unjuk rasa. Dari informasi yang tersebar di media massa dan media sosial, ada banyak sosok perempuan yang melakukan aksi demonstrasi di waktu yang bersamaan, di berbagai daerah. Perempuan menarik perhatian karena dengan keberaniannya yang berapi-api, seperti oase, menjadi wakil perempuan yang turun ke jalan, menyuarakan aspirasi untuk keadilan dan kesejahteraan bertegak di negeri ini.

Muncul kemudian, dan juga ramai di media massa dan media sosial, sosok perempuan bernama Salsa Erwina Hutagalung. Videonya yang mengajak Ahmad Syahroni, anggota DPR non-aktif dari Partai NasDem, untuk berdebat tentang tunjangan DPR, menjadi topik utama di media sosial.

Bahkan, beberapa tuntutan yang tertuang dalam 17+8 Tuntutan Rakyat adalah berasal dari pemikiran Salsa. Salsa ini adalah sosok perempuan berprestasi semasa kuliah di UGM, merupakan aktivis diaspora Indonesia yang bermukim di Denmark dan bekerja sebagai Manajer Strategi di sebuah perusahaan di Denmark. Salsa menjadi cermin wakil perempuan yang beraksi menggunakan intelektualitasnya dengan menggunakan media sosial, sebagai ciri khas generasinya.

Agar seimbang, perlu dicermati juga wakil perempuan dari sisi wakil pemerintah yang berani terbuka berdialog dengan para pengunjuk rasa. Figur Sherly Tjoanda Laos, Gubernur Maluku Utara menjadi wakil dari kelompok ini. Sherly, dari tayangan video yang beredar, menunjukkan kemampuan berkomunikasi dengan isi yang padat makna dan tepat untuk meredam gejolak para pengunjuk rasa di depan Gedung DPRD Kota Ternate. Ia berhasil membangun dialog yang baik dengan para pengunjuk rasa, sehingga unjuk rasa dapat berjalan aman.

Bahkan, berdasarkan survei yang dilakukan oleh Muda Bicara ID (2025) tentang Kinerja Gubernur di Indonesia Menurut Kelompok Muda, Sherly ini berada di peringkat ke-5 sebagai gubernur berkinerja baik dengan dukungan sebesar 8,44 %. Ia menjadi satu-satunya gubernur perempuan dan gubernur mewakili Indonesia Timur, yang masuk dalam peringkat 5 teratas dalam survei ini. 

Dari peristiwa demonstrasi ini, sosok perempuan, terwakili oleh Anna, Salsa dan Sherly, dengan perannya masing-masing. Perempuan, yang diidentitaskan sebagai makhluk lembut dan lemah, ternyata tidak bisa berdiam dengan situasi yang terjadi pada negara-bangsa Indonesia saat ini.

Perempuan, yang dianggap lebih terampil mengatur urusan rumah tangga, ternyata mulai aktif, masuk ke ranah urus-atur negara-pemerintah. Perempuan, yang disangka makhluk penurut, pengikut, ternyata menunjukkan sikap kepemimpinan sesuai perannya. Perempuan, yang biasa ditempatkan di bagian belakang, ternyata mampu berada di garda terdepan perjuangan keadilan dan kesejahteraan.

Baca Juga: Suara Perempuan Indonesia yang Tak Bisa Lagi Dibungkam dan Diabaikan

Dari peristiwa demonstrasi ini, perempuan melakukan berbagai macam cara, sebagai bagian dari menunjukkan dukungan terhadap solidaritas dan perjuangan yang sedang terjadi. Dari sekedar hanya kembali membagikan postingan di media sosial, menjadi rescuer untuk kucing-kucing yang rumah pemiliknya mengalami penjarahan, sampai beride membuat video reels yang isinya menyerukan kesadaran tentang situasi yang terjadi dan untuk tidak terprovokasi.