Parapuan.co – Suasana di depan Gedung DPR RI, Jakarta Pusat, pada Rabu (3/9) kembali dipenuhi massa aksi. Kali ini, Aliansi Perempuan Indonesia (API) menggelar unjuk rasa menolak kekerasan dan menuntut perhatian serius pemerintah terhadap hak-hak perempuan.
Dengan balutan pakaian serba merah muda, aksi ini segera mencuri perhatian. Nuansa cerah yang dibawa para perempuan di jalanan menjadi simbol perlawanan terhadap kebijakan yang dinilai merugikan rakyat.
Salah satu massa mengaku turun ke jalan karena dorongan pribadi sekaligus ajakan komunitas perempuan. Yaitu Priandarini, penulis Episode Hujan, yang mengaku tergerak untuk mengikut aksi API di depan DPR kemarin.
Perempuan yang akrab dipanggil Rini, bersama sejumlah teman, membentuk grup kecil untuk koordinasi sebelum aksi berlangsung. “Grupnya temporer, cuma biar enggak sendirian. Isinya teman-teman literasi yang juga peduli isu sosial,” katanya ketika diwawancara oleh PARAPUAN.
Dalam aksi kali ini, para perempuan membawa sejumlah tuntutan. Tuntutan tersebut dikemas dalam bentuk poster yang diunggah oleh akun Instagram @serikatpekerjakampus.
/photo/2025/09/03/downloadgramorg_540255292_17960-20250903081350.jpg)
Salah satunya menanggapi pidato Presiden Prabowo yang menyebut aksi protes dapat mengarah pada makar dan teror. Dengan tagline utama “Protes adalah Hak”, massa ingin menegaskan bahwa menyuarakan aspirasi adalah bagian sah dari demokrasi.
Selain itu, tuntutan lain juga diarahkan pada DPR, khususnya terkait tunjangan dan kinerja para wakil rakyat. Menurut Rini, lembaga legislatif justru sering jauh dari kepentingan masyarakat yang diwakilinya.
Rini mengungkapkan bahwa aksi protes kali ini sangat berbeda. Baginya, ini adalah demonstrasi paling inklusif yang pernah ia ikuti. “Kaum yang sering terpinggirkan terwakili, mulai dari perempuan, queer, hingga teman-teman disabilitas. Bahkan ada juru bahasa isyarat,” jelasnya.
Baca Juga: Komnas Perempuan: Hentikan Kekerasan Aparat, Hadirkan Akuntabilitas Negara