Parapuan.co - Ketika situasi politik dan sosial di Indonesia memanas, seperti gelombang demonstrasi yang terjadi pada Agustus 2025, wajar jika kita merasa cemas, marah, bahkan kewalahan mengikuti perkembangan berita.
Namun, terlalu larut dalam informasi tanpa jeda justru bisa membuatmu lelah secara mental dan emosional. Peduli terhadap kondisi negara memang penting, tetapi menjaga kesehatan pikiran dan perasaan juga sama berharganya.
Berikut cara sehat tetap peduli pada situasi negara tanpa stres berlebihan menurut Psikolog Meity Arianty sebagaimana dikutip dari laman Kompas.
1. Utamakan Kesehatan Mental Lebih Dulu
Meity menegaskan, kesehatan mental harus menjadi prioritas utama sebelum terjun mengonsumsi isu-isu sosial atau politik.
"Jaga keseimbangan antara peduli terhadap situasi negara dengan menjaga kesehatan mental melalui pendekatan yang sadar dan terkelola. Fokus ke kesehatan mental dahulu, baru ke negara, jangan dibalik," ujar Meity.
2. Sadari Perasaan
Menurut Meity, teori mindfulness bisa menjadi pendekatan efektif untuk menghadapi situasi yang penuh ketidakpastian. Memiliki kesadaran penuh akan membantu kita mengelola perasaan marah, sedih, atau gelisah, tanpa membiarkan emosi itu mendikte seluruh aktivitas sehari-hari.
"Menurut teori mindfulness, penting untuk menyadari perasaanmu terhadap situasi yang terjadi di sekitar, namun juga penting untuk tidak berlarut-larut dalam kecemasan atau kekhawatiran yang berlebihan," ujarnya.
Baca Juga: Jaga Diri dari Trauma dan Kepanikan Pasca Demo, Lakukan Teknik Grounding Ini
3. Batasi Paparan Informasi
Salah satu langkah praktis yang disarankan Meity adalah mengatur paparan berita. Terlalu banyak informasi, apalagi dari sumber yang beragam dan kurang terpercaya bisa menambah beban pikiran.
"Salah satu cara adalah dengan membatasi paparan informasi yang masuk melalui penglihatan dan pendengaran, dengan mengatur kapan dan berapa lama kita mengikuti perkembangan berita," katanya.
Masyarakat bisa menjadwalkan waktu khusus untuk mengakses berita, misalnya hanya beberapa menit dalam sehari, agar pikiran tidak terus menerus terhantui oleh isu politik atau sosial.
4. Terapkan Teknik Self Care
Selain membatasi informasi, ia juga menekankan pentingnya praktik self care untuk menjaga kesejahteraan emosional. Aktivitas sederhana seperti jalan santai, menonton film favorit, atau bercengkerama dengan keluarga bisa membantu menyeimbangkan kondisi mental di tengah derasnya arus informasi.
"Selain itu, gunakan teknik self-care untuk kesejahteraan emosionalmu, seperti olahraga, berkumpul dengan orang terdekat, atau melakukan hobi yang menyenangkan," jelasnya.
5. Terlibat dalam Aksi Sosial yang Positif
Baca Juga: Viral Ibu Hijab Pink di Demo Jakarta, Mengapa Suara Perempuan Penting dalam Aksi Sosial?
Peduli terhadap situasi negara bukan berarti harus terus menerus larut dalam rasa cemas. Menurut Meity, ada cara konstruktif untuk menyalurkan kepedulian, yaitu terlibat dalam aksi sosial yang positif.
"Ingat, melibatkan diri dalam aksi sosial yang konstruktif atau memberikan kontribusi positif juga dapat menjadi cara untuk merasa terhubung dengan perubahan, tanpa mengorbankan kesehatan mental," katanya.
Ia mencontohkan dirinya sendiri yang aktif membagikan informasi dan aktif bersuara di media sosial. Meski begitu, ia memahami kapan harus berhenti ketika sudah merasa kewalahan.
"Saya sebulan ini di berbagai status WhatsApp dan IG melakukan itu, rajin post dan share terkait permasalahan yang terjadi saat ini di Indonesia," ujar Meity.
6. Jaga Jarak Emosional yang Sehat
Meity mengimbau untuk tetap menjaga jarak emosional saat mengikuti isu nasional. Ia menilai, marah, sedih, atau campur aduk adalah hal wajar, tetapi tidak boleh sampai menguasai diri.
"Tetap tidak masuk terlalu dalam dalam situasi karena mau marah, sedih dan perasaan bercampur aduk hanya bisa saya terima dan melakukan apa yg bisa saya lakukan sebagai rakyat Indonesia," jelasnya.
Ia menekankan, menjaga kesehatan mental justru membuat seseorang lebih kuat untuk tetap berkontribusi bagi perubahan yang lebih baik. Menjadi warga negara yang peduli adalah hal baik, namun kepedulian tersebut harus diimbangi dengan kesadaran untuk menjaga kesehatan mental.
Baca Juga: Demo 28 Agustus Telan Korban Jiwa, Rakyat Tak Butuh Belas Kasih Tetapi Keadilan
(*)