Cinta Laura Sindir Gaya Hidup Mewah Pejabat, Paparkan Data Menohok

Tim Parapuan - Rabu, 3 September 2025
 
Parapuan.co - Cinta Laura kembali mencuri perhatian publik lewat unggahannya di Instagram. Kali ini, bukan soal karya seni atau pencapaian pribadi, melainkan kritik keras terhadap ketimpangan sosial, terutama menyangkut kesejahteraan rakyat dibandingkan dengan para pejabat.
 
Dalam video yang ia bagikan di akun Instagram pribadinya, Cinta menyuarakan keresahannya, disertai data-data yang membuat publik ikut merenung.
 
Cinta mengawali unggahannya dengan sindiran tajam mengenai bagaimana para pemimpin negara bisa terlihat menari di panggung, sementara di luar gedung megah, jutaan rakyat justru berjuang untuk sekadar bertahan hidup. 
 
Tak sampai di situ, ia juga menyinggung fakta bahwa hampir setengah dari buruh atau karyawan di Indonesia masih menerima upah di bawah Upah Minimum Provinsi (UMP).
 
Dari 53 juta pekerja, sekitar 2,5 juta orang masih digaji pada kisaran Rp2 juta hingga Rp5 juta per bulan, dengan rata-rata nasional Rp3,1 juta. Angka itu, bagi Cinta, bahkan bisa habis hanya untuk membeli kebutuhan kecil sehari-hari.
 
Cinta Laura angkat suara terkait kondisi Indonesia saat ini
Cinta Laura angkat suara terkait kondisi Indonesia saat ini
 
"Kalian beli matcha latte setiap hari dalam sebulan, udah setengah dari UMP nasional rata-rata. Itu gaji untuk satu bulan hidup. Yang seringkali bukan hanya untuk satu orang, tetapi satu keluarga. Bayar kontrakan, listrik, beras, sekolah, dan ongkos kerja," ujarnya.
 
Cinta lalu membandingkan kondisi tersebut dengan gaji anggota DPR yang mencapai Rp16 juta per bulan untuk pokok, plus berbagai tunjangan hingga total sekitar Rp59 juta. Ia menambahkan, publik pun tahu ada banyak "penghasilan tambahan" yang tidak tercatat secara resmi.
 
"Sadar nggak sih? Guru sekolah dikasih tiga juta per bulan aja udah bersyukur banget. Kalian ngerasa tiga juta per hari itu berat? Hellooo?" tegasnya.
 
 
 
 
Kritikan itu semakin pedas ketika Cinta menyinggung nasib guru honorer. Ia menyebut, banyak guru yang hanya digaji Rp100 ribu hingga Rp350 ribu per bulan, bahkan ada yang menerima Rp350 ribu untuk tiga bulan kerja. Padahal, menurutnya, mereka adalah orang-orang yang memegang masa depan anak bangsa.
 
Cinta ikut serta mengaitkan masalah tersebut dengan hasil survei Programme for International Student Assessment (PISA) 2022 yang menunjukkan kemampuan dasar anak-anak Indonesia dalam matematika, membaca, dan sains masih tertinggal jauh dari rata-rata internasional. Bahkan, skor Indonesia menurun dibandingkan satu dekade lalu.
 
Menurutnya, kondisi itu tidak lepas dari sistem yang gagal mendukung tenaga pengajar.
 
"Salah piihak-pihak berkuasa yang terlalu sibuk mikirin dirinya sendiri daripada mikirin gimana bangun sistem, sehingga guru-guru kita tuh bisa dapet support yang dibutuhkan," katanya.
 

Ia juga menyentil sikap para pejabat yang justru tampil di media sosial dengan gaya hidup mewah. Pertanyaan retoris itu makin menohok ketika ia menyinggung esensi politik. Baginya, politik seharusnya soal pelayanan, bukan pencitraan.
 
"Kita sering lihat pejabat tertawa, berjoget, membela tunjangan, seolah penderitaan rakyat itu sekedar noise. Sejak kapan jabatan jadi jalan pintas untuk flexing, bukan pelayanan? Untuk apa jadi politisi? Untuk pamer kekayaan atau memperbaiki penghidupan rakyat?" ujarnya dengan nada penuh kekecewaan.
 
Cinta menegaskan, kemarahan rakyat bukan soal iri hati, melainkan soal logika keadilan yang tidak dihargai sama sekali oleh pemerintah. Menurutnya, rakyat lelah dengan narasi adu domba yang kerap dipakai untuk menutupi kegagalan pemerintah.
 
Ia juga menyinggung gelombang demonstrasi yang belakangan marak di berbagai daerah. Menurutnya, masyarakat turun ke jalan bukan hanya membawa spanduk, tetapi juga amarah yang sudah lama dipendam. 
  
Baca Juga: Cerita Zaskia Adya Mecca Bantu Korban Aksi Demo di Jakarta Pusat
Namun, di balik demonstrasi itu, Cinta mengingatkan adanya pihak-pihak yang berusaha memecah belah. Ia menilai, isu provokatif sengaja dimainkan agar rakyat saling curiga dan membenci satu sama lain. Padahal, kata Cinta, musuh utama bukanlah sesama rakyat, melainkan sistem yang timpang.
 
Unggahannya itu tentu menuai banyak komentar. Sebagian besar warganet memuji keberanian Cinta berbicara secara terus terang tentang isu sensitif. Ada pula yang mengaku merasa “ditampar” dengan data-data yang ia paparkan, karena selama ini persoalan upah dan kesejahteraan guru kerap diabaikan.
 
"Yes kak cinta, sampai merinding liatnya, semoga semakin banyak artis yg speak up mempercepat nurani mereka terbuka," tulis salah satu akun warganet di kolom komentar.
 
Cinta Laura sendiri memang dikenal vokal menyuarakan isu sosial, pendidikan, hingga lingkungan. Bagi banyak orang, unggahan kali ini semakin menegaskan posisinya sebagai publik figur yang tidak hanya bersuara di panggung hiburan, tetapi juga berani bersikap untuk masyarakat.
 
Di akhir unggahannya, Cinta menekankan bahwa perubahan hanya bisa terjadi bila rakyat bersatu, bukan saling dijadikan musuh. “Lawan kita bukan sesama rakyat,” katanya, menutup kritik panjangnya.

(*)

Putri Renata

Sumber: Instagram
Penulis:
Editor: Kinanti Nuke Mahardini