Bahaya Terselubung di Balik Game Roblox yang Populer di Kalangan Anak-Anak

Saras Bening Sumunar - Rabu, 6 Agustus 2025
Bahaya terselubung di balik game Roblox.
Bahaya terselubung di balik game Roblox. Istockphoto

Parapuan.co - Menteri Pendidikan Dasar dan Menengah (Mendikdasmen), Abdul Mu'ti secara tegas melarang anak-anak bermain game Roblox. Menurutnya, permainan tersebut mengandung unsur-unsur berbahaya untuk anak, termasuk adegan kekerasan.

Anak-anak dikhawatirkan akan meniru adegan tersebut yang pada dasarnya adalah sesuatu yang tidak nyata. Dengan tingkat intektualitas anak-anak yang masih terbatas, mereka cenderung akan meniru apa yang dilihat.

"Itu kan banyak kekerasan ya di game itu, kadang-kadang anak-anak tidak bisa memahami bahwa yang mereka lihat sebenarnya sesuatu yang tidak nyata," ujar Abdul Mu'ti dikutip dari Kompas.

"Misalnya mohon maaf ya, kalau di game itu dibanting, itu kan tidak apa-apa orang dibanting di game. Kalau dia main dengan temannya, kemudian temannya dibanting, kan jadi masalah," tegasnya.

Dari sisi aturan, Abadul Mu'ti menjelaskan bahwa Kemendikdasmen bersama dengan Komunikasi dan Digital (Komdigi) serta kementerian terkait lainnya telah meluncurkan Program Tata Kelola untuk Anak Aman dan Sehat Digital (Tunas).

Pemerintah juga telah telah menerbitkan Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 17 Tahun 2025 tentang Tata Kelola Penyelenggaraan Sistem Elektronik dalam Perlindungan Anak (PP TUNAS). Peraturan yang mulai berlaku 1 April 2025 ini menjadi dasar hukum kuat bagi negara untuk menghadirkan ruang digital yang aman, sehat, dan berkeadilan.

Merujuk dari situs resmi Komdigi, beberapa aturan penting dalam kebijakan tersebut meliputi:

1. Klasifikasi tingkat risiko platform digital berdasarkan tujuh aspek penilaian, termasuk potensi paparan konten tidak layak, risiko keamanan data pribadi anak, risiko adiksi, dan potensi dampak negatif pada kesehatan mental dan fisik anak.

2. Pengaturan pembuatan akun anak di platform digital, dengan klasifikasi usia di bawah 13 tahun, 13 tahun sampai sebelum 16 tahun, dan usia 16 tahun sampai sebelum 18 tahun, disertai syarat persetujuan dan pengawasan orang tua sesuai tingkat risiko platform.

Baca Juga: Usai Ramai Konten Dewasa Terselubung, Game Roblox Tambah Fitur Keamanan Baru untuk Remaja

3. Kewajiban edukasi digital dari platform kepada anak dan orang tua tentang penggunaan internet secara bijak dan aman.

4. Larangan melakukan profiling terhadap anak untuk tujuan komersial, kecuali untuk kepentingan terbaik anak.

5. Pengenaan sanksi administratif bagi platform yang melanggar, berupa teguran, denda, penghentian layanan, hingga pemutusan akses.

Bahaya Terselubung di Balik Game Roblox

Seperti yang dipaprkan oleh Mendikdasmen, penulis juga mengkhawatirkan adanya bahaya terselubung di balik game Roblox. Sayangnya, bahaya ini justru sering diabaikan oleh para orang tua dan menganggap jika game tersebut sama dengan permainan digital lainnya.

Penulis menilai bahwa ketika seorang anak terus-menerus terpapar konten kekerasan dalam bentuk visual maupun interaktif di Roblox, otaknya akan mulai mengalami desensitisasi, yaitu penurunan sensitivitas terhadap kekerasan.

Ini berarti anak bisa mulai melihat kekerasan sebagai sesuatu yang normal, tidak mengganggu, bahkan dianggap menyenangkan. Dalam jangka panjang, hal ini bisa menumpulkan empati anak terhadap penderitaan orang lain dan mengganggu perkembangan moral serta emosionalnya.

Paparan konten kekerasan secara berulang juga bisa memicu munculnya rasa takut, cemas berlebihan, mimpi buruk, serta perilaku agresif yang terbawa ke kehidupan nyata. Menurut  Dr. Patrick Markey, seorang profesor psikolog dari Villanova University, anak-anak yang sering bermain game dengan unsur kekerasan cenderung memiliki tingkat kemarahan dan ledakan emosi yang lebih tinggi dibanding anak-anak yang tidak bermain game tersebut.

Baca Juga: Game Roblox Dianggap Berisiko untuk Anak, Begini Respons Mengejutkan CEO

Lebih dari itu, mereka bisa mulai meniru perilaku kasar yang mereka lihat dalam game, baik secara verbal maupun fisik, tanpa menyadari konsekuensi serius dari tindakan tersebut.

Sementara menurut Dr. Christopher Ferguson, profesor psikologi di Texas A&M International University, berpendapat bahwa muncul fenomena baru yang perlu diwaspadai ketika kekerasan (terutama dalam game) dijadikan lelucon bagi anak-anak.

Masalahnya bukan sekadar soal humor yang tidak pantas. Ketika kekerasan dijadikan lelucon, secara tidak langsung itu mengajarkan pada anak bahwa penderitaan orang lain adalah sesuatu yang bisa diabaikan, ditertawakan, atau dijadikan hiburan.

Ini merupakan bentuk nyata dari nirempati, sebuah kondisi di mana seseorang kehilangan kemampuan untuk merasakan atau memahami emosi dan kesedihan orang lain. Dalam jangka panjang, ini bisa membentuk kepribadian yang dingin, egois, dan tidak memiliki rasa tanggung jawab sosial.

Anak yang terbiasa melihat kekerasan sebagai lelucon juga berisiko besar menjadi pelaku kekerasan di masa depan. Ketika empati tumpul, mereka tidak akan merasa bersalah atau ragu untuk melakukan tindakan yang menyakiti orang lain, karena dalam benak mereka, kekerasan hanyalah bagian dari permainan atau bahkan "sesuatu yang lucu".

Pentingnya Peran Orang Tua

Penulis menilai bahwa untuk mencegah dampak (baik saat ini maupun jangka panjang) dari permainan Roblox yang mengandung kekerasan, kamu harus memegang peran aktif dan tidak membiarkan anak menjelajah dunia game sendirian.

Edukasi digital harus dimulai sejak dini, termasuk pengenalan nilai-nilai moral seperti empati, tanggung jawab, dan kesadaran terhadap dampak dari setiap tindakan. Bukan itu saja, jangan pernah menganggap remeh ketika anak mulai menjadikan kekerasan sebagai hiburan atau bahan lelucon, karena itu bisa menjadi tanda awal dari gangguan serius dalam perkembangan emosional dan sosialnya.

Sebagai orang dewasa, kamu memiliki tanggung jawab untuk menciptakan ekosistem digital yang sehat bagi anak-anak, bukan dengan melarang mereka bermain game, tetapi dengan mendampingi, mengarahkan, dan memberikan pemahaman yang tepat tentang batasan etika serta nilai kemanusiaan.

Baca Juga: Risiko Terselubung Permainan Roblox, Game Anak Tapi Penuh Konten Dewasa

(*)

Sumber: Kompas.com,Harvard Health Publishing
Penulis:
Editor: Citra Narada Putri