Dr.  Firman Kurniawan S.

Pemerhati budaya dan komunikasi digital, pendiri LITEROS.org, dan penulis buku Digital Dilemma

Memaknai 'Pemberdayaan Perempuan', Apa Iya Harus Dibantu Pihak Lain?

Dr. Firman Kurniawan S. Sabtu, 19 November 2022
Mendalami arti 'pemberdayaan perempuan' yang sesungguhnya. Ternyata tidak perlu tunggu bantuan dari luar.
Mendalami arti 'pemberdayaan perempuan' yang sesungguhnya. Ternyata tidak perlu tunggu bantuan dari luar. Nadzeya_Dzivakova

Tulisan ini merupakan pandangan pribadi dari penulis.

Yang Membisukan dan Yang Dibisukan

Perempuan bukan objek untuk tujuan apapun. Demikian pula, perempuan bukan kelompok manusia yang tak punya daya atas dirinya sendiri. Oleh karenanya tak perlu diberdayakan oleh pihak lain.

Namun dalam realitasnya, banyak kelaziman yang menyandingkan kedua kata itu.

Untungnya, banyak pula teori yang dapat digunakan untuk menjelaskan kelaziman itu.

Salah satu teori yang dapat digunakan untuk menjelaskan keadaan itu adalah Muted Group Theory (MGT).

MGT dikembangkan oleh anthropolog Edwin Ardener dan Shirley Ardener, sekitar tahun 1975-an.

Keduanya memfokuskan perhatian pada kelompok marginal di masyarakat. Kelompok dibisukan, muted.

Termasuk dalam kelompok marginal itu, kaum perempuan, orang lanjut usia, warga berkulit berwarna, kaum difabel, dan penganut agama minoritas di tempat teori dikembangkan.

Sedangkan dibisukan, muted, berarti, kelompok ini tak punya alat ekspresi.

Bahasa bukan dikembangkan oleh kalangan mereka sendiri saat menyatakan pikiran dan perasaannya.