Sejarah Suntik Silikon, Perawatan Kecantikan yang Tuai Pro dan Kontra

Ratu Monita - Rabu, 6 Juli 2022
Sejarah suntik silikon.
Sejarah suntik silikon. NoSystem images

Parapuan.co - Suntik silikon merupakan istilah yang sudah tak asing lagi dalam dunia kecantikan. 

Jenis perawatan kecantikan yang satu ini kerap menuai pro dan kontra dari awal kemunculannya. 

Faktanya, perawatan kecantikan ini telah ada sejak puluhan tahun yang lalu. 

Dilansir dari laman New York Times pada Rabu (6/7/2022), perawatan kecantikan ini dimulai sejak berakhirnya Perang Dunia ke-II. 

Kala itu, seorang dokter di Jepang dan Las Vegas mulai menyuntikkannya untuk memperbesar payudara perempuan.

Pada masa itu, jenis silikon yang digunakan adalah yang diperuntukkan industri yang biasa digunakan untuk memoles furniture dan mesin mobil.

Namun, sayangnya penggunaan tersebut mengakibatkan banyak kasus komplikasi seperti kista, borok, pembengkakan payudara disertai nyeri.

Bahkan ada yang sampai terpaksa menjalani mastektomi (operasi pengangkatan payudara) karena payudaranya rusak akibat suntik silikon.

Baca Juga: Kerap Disebut Berbahaya, 6 Mitos Terkait Kandungan Silikon pada Skincare Ini Tak Perlu Dipercaya

Setelah itu, seorang dermatolog di New York, dr. Norman Orentreich, mempelopori penggunaan silikon cair dalam jumlah kecil untuk mengatasi keriput pada 1950-an.

Lalu, suntikan ini makin populer di kalangan selebriti seperti Helen Gurley Brown, editor Cosmopolitan.

Namun, pada 1992, Food and Drug Administration (FDA) melarang sejumlah dokter terkemuka untuk menggunakan silikon cair di wajah.

"Orang-orang yang menjalani suntikan ini harus menghadapi risiko yang tidak diketahui dan berpotensi berbahaya," tegas Komisaris FDA saat itu, Dr. David A. Kessler.

Kemudian pada tahun 1997, FDA menyetujui bentuk silikon cair yang disebut Silikon 1000 untuk memperbaiki retina mata yang terlepas.

Akan tetapi, beberapa dokter kulit kembali menggunakan silikon secara diam-diam.

Secara bertahap silikon pun kembali populer, setelah dokter menggunakannya tanpa label untuk mengatasi kerutan dan bekas jerawat, atau menambah volume pada bibir dan pipi.

Adapun hal yang menjadi alasan para dermatolog melakukan praktik suntik silikon adalah bahan tersebut dinilai lebih baik ketimbang filler kolagen dan restylane (gel yang terbuat dari hyaluronic acid).

Baca Juga: Bagai Bom Waktu! Ini Kata Dokter yang Harus Dilakukan Jika Terlanjur Suntik Silikon

Pasalnya, kedua filler ini perlu diulang secara berkala, karena terbuat dari bahan alami, yang akan hancur.

Sementara, silikon bersifat permanen sehingga cukup sekali untuk ‘meratakan’ keriput atau bekas jerawat.

"Di sisi lain, silikon juga menimbulkan sejumlah efek samping, seperti benjolan dan tonjolan yang perlu diangkat melalui pembedahan, tetapi hal itu dapat meninggalkan bekas luka yang terlihat lebih buruk," kata Dr. Kane.

Kritikus silikon pun mengungkapkan bahwa penyebabnya adalah uji klinis silikon yang belum menunjukkan keamanannya sebagai pengisi kosmetik permanen, sehingga terlalu berisiko untuk digunakan.

Lebih lanjut, Dr. David M. Duffy, seorang dokter kulit di Torrance, California, menemukan bahwa silikon cair telah menyebabkan masalah bahkan ketika diberikan oleh injektor utama.

Dia mengatakan dirinya telah merawat sekitar 4.000 pasien korban silikon dalam 22 tahun terakhir, dan dia telah melihat satu komplikasi serius serta beberapa benjolan yang mengganggu.

Lindsay Taylor, seorang penyanyi country-western di Toronto, mengatakan dia memiliki sederetan benjolan-benjolan kecil akibat suntikan silikon di sepanjang dahinya.

Bahkan jika tidak ada efek samping langsung yang terjadi, silikon dapat bermigrasi ke dalam wajah.

Dengan kata lain, efek samping silikon bisa saja terjadi bukan di tempat penyuntikan, menurut Dr. Arnold W. Klein, dokter kulit di Beverly Hills.

Oleh karena itu, Kawan Puan jangan mudah tergoda rayuan mengenai suntik silikon dari klinik kecantikan, salon, spa, atau “ahli kecantikan” yang tidak jelas latar belakangnya.

Selalu cek dulu apakah aman atau tidak ya, Kawan Puan.

Baca Juga: Belajar dari Kasus Suntik Silikon Ilegal, Ini Tanda Prosedur Kecantikan Tak Aman Menurut Ahli

(*)

Sumber: New York Times
Penulis:
Editor: Maharani Kusuma Daruwati