Benarkah Rutinitas Berlari Berdampak pada Siklus Menstruasi? Ini Penjelasannya

Anna Maria Anggita - Kamis, 26 Mei 2022
Dampak dari rutin berlari akibat menstruasi
Dampak dari rutin berlari akibat menstruasi Edwin Tan

Parapuan.co - Menstruasi yang teratur menjadi tanda bahwa perempuan berada pada kesehatan fisik dan hormonal yang baik.

Sayangnya tidak semua perempuan memiliki siklus menstruasi yang rutin, misalnya saja yang dialami oleh para pelari.

Lantas, benarkah rutin berlari dapat berdampak pada siklus menstruasi?

Berdasarkan informasi dari Very Well Fit, memang berlari itu bisa memengaruhi periode menstruasi perempuan.

Namun, siklus menstruasi yang tidak teratur akibat berlari tak dialami oleh semua perempuan.

Pasalnya mereka yang melewatkan menstruasi biasanya pelari jarak jauh dan atlet, hal ini dikarenakan kebiasaan olahraga yang ekstrem.

Ketidakteraturan menstruasi biasanya disebabkan oleh anovulasi dan perubahan hormon yang dihasilkan.

Berkurangnya estrogen menghasilkan lebih sedikit jaringan yang terbentuk di dalam rahim dan selanjutnya kurangnya pelepasan lapisan ini atau menstruasi. 

Di sisi lain, terjadinya menstruasi atau tidak menjadi salah satu cara untuk memantau seberapa baik tubuh menangani stres setelah latihan olahraga.

Baca Juga: Ini 5 Tips bagi Pemula yang Ingin Lakukan Olahraga 2 Kali Sehari

Bahayanya, tanpa periode selama berbulan-bulan dapat membuat perempuan berisiko mengalami  osteopenia, osteoporosis, dan fraktur stres.

Selain tulang yang lemah, sistem kekebalan mungkin terpengaruh secara negatif, terutama pada pelari profesional yang tidak mengalami menstruasi.

Sebagai catatan, lari jarak jauh tidak secara inheren menyebabkan amenore, tetapi bisa menjadi salah satu konsekuensi dari latihan terlalu keras tanpa energi yang cukup.

Amenore sendiri adalah suatu kondisi di mana seorang perempuan tidak mengalami  siklus menstruasi sebagaimana mestinya.

Namun tak perlu khawatir, sebab ada langkah agar bisa pulih dari kondisi amenore.

Untuk membantu mendapatkan menstruasi kembali ke jalurnya dan mencegah risiko konsekuensi kesehatan yang serius, ada beberapa langkah yang dapat diambil, di antaranya:

1. Makan kalori yang cukup yang mencakup semua makronutrien:

- Karbohidrat

Baca Juga: Bantu Kenyang Lebih Lama, Ini 3 Tips Kelola Berat Badan selain Olahraga

- Protein

- Lemak

Oleh karena itu, sangat penting untuk memenuhi tujuan nutrisi yang mendukung kesehatan reproduksi.

2. Sertakan dua hingga tiga camilan di antara waktu makan yang terdiri dari dua dari tiga kelompok makanan, seperti:

- Biji-bijian

- Susu dan olahannya

- Sayur dan buah-buahan

- Selalu makan dalam waktu 30 hingga 60 menit setelah menyelesaikan latihan olahraga.

Selain langkah di atas, pelari kemungkinan disarankan oleh tenaga medis untuk mengurangi latihan.

Bahkan bisa juga diminta untuk berhenti olahraga selama jangka waktu tertentu demi pemulihan kondisi tubuh agar bisa menstruasi kembali.

Di samping itu, para pelari juga bisa berkonsultasi dengan ahli diet untuk mencari tahu suplemen tambahan apa yang disarankan untuk dikonsumsi.

Dari ulasan di atas, dapat diketahui bila berlari memang dapat memengaruhi menstruasi, terutama jika dilakukan dengan intensitas tinggi dan berat ya.

Sebagai catatan, apabila menstruasi yang tidak teratur ini sangat mengganggu, maka sebaiknya segera hubungi dokter untuk mendapatkan penanganan yang tepat ya. (*)

Baca Juga: Tim Voli Putri Raih Perunggu di SEA Games 2021, Ini 5 Manfaat Bermain Bola Voli

Sumber: Very Well Fit
Penulis:
Editor: Arintya

Sering Jadi Pertanyaan, Bolehkah Penderita Asma Berolahraga? Simak Penjelasannya