Cerita Poppy Dihardjo Soal Stigma Janda yang Disematkan Pada Dirinya

Aulia Firafiroh - Kamis, 9 Desember 2021
Cerita Poppy soal stigma janda
Cerita Poppy soal stigma janda parapuan

Parapuan.co- Nama Poppy Dihardjo mungkin sudah tidak asing lagi di telinga Kawan Puan apalagi setelah petisi yang ia buat menjadi viral.

Poppy Dihardjo merupakan seorang perempuan di balik viralnya petisi Ibu Tunggal Berhak Namanya Ditulis di Ijazah Anak, Stop Diskriminasi di Dunia Pendidikan!.

Perempuan yang akrab disapa Poppy ini, sebelumnya pernah menikah di tahun 2010 dan akhirnya bercerai di tahun 2017.

Keputusan Poppy untuk bercerai dan menjadi janda demi memerdekakan diri dari toxic marriage, justru mendapat stigma negatif.

Baca juga: Perjuangan Poppy Dihardjo agar Nama Ibu Tunggal Bisa Dicantumkan Dalam Ijazah Anak

Hal itu ia ceritakan kepada PARAPUAN saat mewawancarainya pada Minggu (5/12/2021).

 

"Menuju jadi janda seperti mengajukan perceraian itu sudah ribet, apalagi setelah jadi janda. Banyak banget tantangannya,"

Poppy bahkan pernah mendapat pertanyaan mengapa menggunakan kata janda, mengapa tidak memakai istilah single mom.

"Well, tidak semua janda adalah seorang ibu, dan tidak semua ibu tunggal adalah janda. Saya punya banyak teman baik yang memilih menjadi ibu tanpa menikah," jelas Poppy.

Perempuan pendiri No Recruit List ini mengaku kerap mendapatkan stigma negatif dari masyarakat soal status jandanya.

"Aku kerap dapat stigma seperti perempuan penggoda dari teman-teman sendiri. Terus sering dibilang "wah, janda semakin di depan nih!". Terus aku juga sering dapat istilah-istilah kayak jagung (janda gantung) dicerai enggak, ditinggal enggak. Untuk beberapa orang mungkin stigma ini lelucon, tetapi buat kita yang janda, ini menyakitkan," cerita Poppy.

"Istilah jagung atau janda gantung ini cukup menyakitkan untuk perempuan korban penelantaran seperti aku. Aku dan anakku sakit mendengarnya karena bapaknya memutuskan untuk pergi begitu saja," tambah ibu satu anak ini.

Tak hanya itu, Poppy juga pernah mendapatkan hal tidak mengenakkan karena status jandanya.

"Aku kan sibuk kerja. Kemudian ada salah satu tetangga yang bilang ke bude (sebutan untuk ART di rumah Poppy) katanya lihat ada laki-laki keluar rumah jam setengah empat pagi. Aku bingung laki-laki siapa. Terus yang membuat kesal, dia bilang ke bude supaya lapor ke dia kalau ada laki-laki yang bukan keluarga menginap di rumah. Saat aku tanya kejadiannya kapan, bude bilang katanya si tetangga lihat ini udah lama," cerita perempuan yang dulu aktif di komunitas Save Janda ini.

"Jam empat sore aku pulang kerja, lalu taruh tas dan mendatangi tetangga yang menyebarkan omongan nggak enak. Saat aku tanya, si tetangga bilang nggak pernah ngomong seperti itu. Kebetulan bude lewat, lalu aku panggil bude. Nah bude bilang 'itu loh yang kemarin", baru si tetangga mengaku "oh itu kan saya nanya cuma sekali," lanjutnya.

Baca juga: Sosok Poppy Dihardjo, Pencetus Petisi Viral Nama Ibu Boleh Ditulis di Ijazah Anak

Poppy semakin curiga dengan omongan si tetangga yang awalnya tidak mengaku terus bilang cuma nanya sekali.

"Si tetangga bilang kalau dia melihat seorang laki-laki keluar dari belakang rumah. Terus aku tanya lagi "kok ibu yakin laki-laki itu dari rumah saya, kan di belakang rumah saya ada empat rumah?," cerita Poppy mengintervensi si tetangga.

"Kemudian si tetangga jawab "karena yang lain sudah berkeluarga". Nah dari situ aku bilang, "apa karena saya janda jadi lebih masuk di akal kalau ada laki-laki keluar jam setengah empat pagi?," tambahnya lagi.

Poppy juga menceritakan stigma yang dialami janda yang pernah dialami oleh tetangga teman di komunitasnya.

"Pernah ada cerita dari salah satu teman di komunitas yang tetangganya jadi janda karena suaminya meninggal. Saat itu mereka lagi nunggu angkutan umum terus denger ibu-ibu lagi bergosip "Wah, ada janda baru di kampung tapi masih cakep. Baik-baik jagain laki-laki. Nanti suamimu naksir". Terus sama temenku dibalas "hati-hati ya ibu-ibu, kalian semua akan menjadi janda kecuali suami kalian meninggal duluan"," cerita Poppy yang tertawa saat menceritakan kejadian itu.

Menurut Poppy, tak perlu menertawakan status janda karena pada dasarnya semua perempuan yang menikah, nantinya akan menjadi janda kecuali ia meninggal terlebih dahulu.

Perempuan yang sudah dua puluh tahun lebih berkarier di dunia advertising ini juga merasa jenuh dengan pertanyaan orang-orang yang bertanya kemana suaminya saat ia berjalan berdua dengan anaknya.

"Aku sering jalan-jalan bahkan ke luar negri. Aku melihat hanya orang-orang di Indonesia saja yang sering bertanya "kemana bapaknya?" saat aku jalan berdua dengan anakku," kata Poppy.

Baca juga: Mengenal No Recruit List, Tempat Pengaduan Kekerasan Seksual di Tempat Kerja

Poppy mengaku merasa geram dengan pertanyaan itu karena seolah seorang anak tidak aman jika hanya bersama ibunya saja.

"Bahkan perempuan berdua dengan anaknya di rumah sakit, yang selalu ditanya adalah bapaknya. Kayak nggak cukup anak ini bersama ibunya. Seperti nggak aman gitu kalau anak keluar sama ibunya aja," ujar Poppy.

Bagi Poppy, stigma-stigma terhadap janda harus dihilangkan karena akan berdampak buruk kepada kondisi mental perempuan apalagi yang baru lepas dari toxic relationship.

"Stigma-stigma inilah yang menghalangi perempuan untuk keluar dari hubungan toxic marriage, takut untuk maju, dan menurunkan kondisi mental mereka," jelas perempuan yang aktif di komunitas Perempuan Tanpa Stigma (PenTaS) ini. 

Sebelum mengakhiri obrolan, Poppy memberikan pesannya untuk para perempuan janda yang kerap mengalami stigma negatif dari masyarakat.

"Buat para janda, keep moving forward. Kita cuma punya dua tangan yang nggak bisa menutup mulut semua orang. Tapi kita bisa menutup telinga kita untuk tidak mendengarkan mereka,"

Tak hanya itu, sebagai seorang perempuan yang kini tengah berjuang untuk melawan diskriminasi terhadap janda dan ibu tunggal, ia juga memberikan pesan kepada para single mom.

"Dear single mom, fokus ke diri kamu sendiri. The rest of the world can wait. Kamu tidak perlu membuktikan apapun ke orang lain, kamu hanya perlu membuktikan ke diri sendiri bahwa kamu mampu," tutup Poppy.

Baca juga: Sosok Devi Sumarno, Pendiri Rumah RUTH untuk Korban Kehamilan Tak Diinginkan

Diketahui sebelumnya, Poppy sempat membuat petisi viral karena pihak sekolah menolak untuk menuliskan namanya di ijazah sang anak dengan alasan peraturan pemerintah.

Petisi yang dibuat Poppy ini akhirnya didengar oleh Kemedikbudristek dan mendapatkan tanggapan yang baik.

Berkat petisi tersebut, nama ibu tunggal akhirnya bisa ditulis di dalam ijazah anak. (*)

Penulis:
Editor: Aulia Firafiroh