5 Faktor Risiko Kanker Ovarium pada Perempuan yang Sering Diabaikan

Saras Bening Sumunar - Jumat, 1 Agustus 2025
Faktor risiko kanker ovarium pada perempuan yang sering diabaikan.
Faktor risiko kanker ovarium pada perempuan yang sering diabaikan. bernie_photo

Parapuan.co - Selain kanker payudara dan serviks, kanker ovarium juga jadi jenis kanker yang akrab disebut sebagai silent killer bagi perempuan. Bukan tanpa alasan, hal ini dipicu karena gejala kanker ovarium yang samar dan sering kali menyerupai gangguan kesehatan umum seperti nyeri saat haid.

Bahkan sering kali jenis kanker ini baru terdeteksi saat memasuki stadium lanjut. Kondisi inilah yang membuat banyak perempuan baru menyadari keberadaan penyakit ini saat sudah memasuki stadium lanjut. Padahal, semakin dini kanker ovarium terdeteksi, semakin besar pula peluang pemulihan dan pengobatannya.

Menurut dokter spesialis obstetri dan ginekologi konsultan onkologi, dr. Muhammad Yusuf Sp.OG (K) Onk, Indonesia masuk dalam 10 negara dengan jumlah kanker ovarium tertinggi. Bahkan terdapat 15.130 perempuan yang terserang kanker ovarium.

Maka dari itu, penting bagi perempuan untuk memahami gejalanya dan faktor risiko kanker ovarium. Lantas, apa saja faktor risiko kanker ovarium? Berikut PARAPUAN merangkum ulasan lengkapnya untuk kamu.

1. Menstruasi Dini dan Menopause Terlambat

Jika kamu mengalami menstruasi pertama di usia yang sangat muda atau menopause yang terjadi di usia cukup tua (terlambat), maka kamu sebaiknya lebih waspada. Kedua kondisi ini mengindikasikan bahwa tubuhmu mengalami lebih banyak siklus ovulasi selama masa hidup, yang mengarah pada paparan hormon estrogen dalam waktu yang lebih panjang.

Paparan hormonal yang tinggi dalam jangka waktu lama dapat memicu perubahan sel-sel abonormal di ovarium.

"Semakin lama seorang perempuan terpapar hormon estrogen, entah karena menstruasi lebih awal atau menopause terlambat, semakin tinggi risikonya terkena kanker ovarium," ujar dr. Yusuf dikutip dari laman Kompas.

Paparan estrogen yang terlalu panjang membuat ovarium terus mengalami aktivitas yang meningkatkan kemungkinan mutasi sel, terlebih jika tidak pernah istirahat karena kehamilan atau menyusui.

Baca Juga: Viral Bayi Kena Kanker Ovarium, Deteksi Dini Lewat Kampanye 10 Jari

Sumber: kompas
Penulis:
Editor: Citra Narada Putri