2. Tidak Pernah Hamil
Perempuan yang tidak pernah hamil atau fase hamilnya jarang, juga lebih berisiko. Ini berkaitan dengan frekuensi ovulasi yang tidak pernah berhenti.
"Setiap ovulasi itu seperti luka kecil yang sembuh sendiri, tapi kalau terlalu sering bisa menimbulkan potensi kelainan sel," terangnya. Oleh karena itu, perempuan yang tidak pernah hamil dan menyusui cenderung memiliki risiko lebih tinggi terkena kanker ovarium dibanding yang pernah hamil.
3. Riwayat Kanker dalam Keluarga
Riwayat genetik rupanya juga memiliki peran cukup besar terkait kanker ovarium. Perempuan dengan anggota keluarga yang pernah terkena kanker ovarium atau kanker payudara, terutama di usia muda, juga perlu waspada.
"Kalau ada ibu, nenek, atau saudara perempuan kandung yang pernah kena kanker maka risiko juga meningkat. Terutama kalau usianya muda," jelas dr. Yusuf.
4. Obesitas
Kelebihan berat badan atau obesitas bukan hanya memicu penyakit jantung dan diabetes, tetapi juga telah terbukti meningkatkan risiko berbagai jenis kanker, termasuk kanker ovarium. Lemak tubuh berlebih dapat meningkatkan produksi estrogen, hormon yang berkaitan dengan perkembangan beberapa jenis kanker.
Baca Juga: Viral Bayi Kena Kanker Ovarium, Bagaimana Langkah Pengobatannya?
Maka dari itu, menjaga berat badan ideal melalui pola makan seimbang dan aktivitas fisik teratur menjadi langkah pencegahan yang sangat efektif.
5. Usia di Atas 50 Tahun
Meskipun bukan faktor yang bisa dikendalikan, usia tetap menjadi salah satu penentu utama dalam risiko kanker ovarium. Risiko ini meningkat secara signifikan setelah usia 50 tahun, terutama pada perempuan yang telah memasuki masa menopause.
Seiring bertambahnya usia, kualitas sel dan sistem kekebalan tubuh menurun, sehingga kemampuan tubuh untuk mengenali dan menghancurkan sel abnormal juga ikut melemah. Oleh karena itu, perempuan di atas usia 50 tahun sebaiknya lebih rajin melakukan pemeriksaan ginekologis secara berkala.
(*)