Apa Itu Diet Feingold? Pola Makan yang Baik untuk Anak Berkebutuhan Khusus

Anna Maria Anggita - Rabu, 8 Desember 2021
Diet Feingold untuk anak berkebutuhan khusus
Diet Feingold untuk anak berkebutuhan khusus GANNAMARTYSHEVA

Parapuan.co Anak berkebutuhan khusus bukan hanya sekadar membutuhkan perhatian lebih, tapi orang tua juga harus memberikan pola makan yang tepat.

Tujuannya tentu agar mendapat nutrisi yang tepat dan salah satunya adalah dengan melakukan pola makan atau diet feingold.

Namun, tahukah kamu apa itu diet feingold?

Dilansir dari Healthline, sesuai dengan namanya, diet feingold diciptakan oleh dokter anak dan ahli alergi dari California yang bernama Benjamin Feingold.

Di mana pada awalnya Benjamin merancang pola makan untuk pasiennya yang mengalami alergi sepertu gatal-gatal, asma, dan eksim.

Namun, ia juga mencoba pola makan ini kepada anak berkebutuhan khusus seperti ADHD, autisme, disleksia, dan masalah perilaku lainnya.

Baca Juga: 4 Tips Memasak Mudah Roti Sisir Jadul agar Lembut, Pakai Kombinasi Tepung!

Usut punya usut, percobaan pola makan tersebut membuat anak berkebutuhan khusus mengalami perbaikan perilaku.

Nah, dalam diet ini, Benjamin menghilangkan beberapa zat dalam makanan yang dikonsumsi anak, antara lain:

  • pewarna buatan,
  • pemanis,
  • zat yang dikenal sebagai salisilat,
  • tiga pengawet seperti butylated hydroxyanisole (BHA), butylated hydroxytoluene (BHT), dan tert-Butrylhdryquinone (TBHQ).

Benjamin mengungkap bahwa menghindari beberapa zat di atas itu rupanya mampu meningkatkan fokus dan perilaku anak.

Di sisi lain, Benjamin juga percaya bahwa orang yang alergi atau sensitif terhadap aspirin mungkin juga tidak toleran terhadap makanan yang mengandung salisilat.

Lantas bagaimana cara menerapkan diet Feingold pada anak?

Untuk mengikuti diet feingold, anak hanya boleh makan dari daftar makanan yang disetujui.

Ada dua fase utama diet:

1. Hapus pemicu potensial

Hindari semua makanan yang dapat menyebabkan masalah perilaku, termasuk perasa buatan, pewarna buatan, pengawet, pemanis tambahan, dan makanan yang mengandung salisilat.

2. Uji salisilat

Setelah menghilangkan makanan dari bahan-bahan tambahan selama beberapa waktu, cobalah memasukkan kembali salisilat ke dalam makanan.

Jika masalah perilaku muncul kembali, maka kembali ke fase pertama.

Baca Juga: Ini 5 Manfaat Makan Es Krim di Pagi Hari, Bisa Jadi Pereda Flu

Makanan mengandung salisilat yang harus dihindari

Makanan berikut ini mengandung salisilat tinggi dan harus dihindari selama fase pertama diet:

  • Buah-buahan: apel, saus apel (berwarna atau pemanis buatan), aprikot, beri, ceri, kismis, anggur, nektarin, jeruk, persik, prem, plum, kismis, jeruk keprok, dan tomat.
  • Sayuran: kecambah alfalfa, brokoli, sawi putih, mentimun, terong, endives, okra, paprika, acar, lobak, labu, ubi jalar, bayam, selada air, dan zucchini.
  • Biji-bijian: sereal sarapan (kecuali bebas pengawet dan pewarna) dan kerupuk olahan.
  • Rempah-rempah: allspice, biji adas manis, cabai rawit, kayu manis, cengkeh, kari, jinten, dill, jahe, mustard, oregano, bumbu cengkeh, rosemary, tarragon, thyme, dan kunyit.
  • Minuman: kopi, teh, soda diet, dan jus buah.
  • Makanan olahan: selai, jeli, perasa mint, permen karet , dan makanan apa pun dengan pewarna atau aditif makanan.

Bukan hanya itu, Benjamin juga menyarankan untuk untuk membatasi gula tambahan, tetapi bukan berarti menghindari gula sepenuhnya.

Ia memperbolehkan anak berkebutuhan khusus untuk mengonsumsi stevia dan gula alkohol seperti xylitol dan sorbitol.

Stevia adalah pemanis alami yang berasal dari tumbuhan, sementara itu, gula alkohol memiliki struktur kimia yang mirip dengan gula dan alkohol.

Tenang saja, terlepas dari namanya, stevia dan gula alkohol tidak mengandung etanol apa pun alias senyawa yang menyebabkan keracunan.

Baca Juga: Selain Redakan Kram Menstruasi, Ini 5 Manfaat Konsumsi Cokelat Hitam

Oleh sebab itu, diet ini mendorong anak berkebutuhan khusus untuk makan produk segar yang rendah akan salisilat, seperti:

  • Buah-buahan: pisang, melon, kurma, jeruk bali, melon, kiwi, lemon, mangga, pepaya, pir, nanas, dan semangka.
  • Sayuran: tauge, bit, kubis Brussel, kubis, wortel, kembang kol, seledri, kangkung, selada, jamur, bawang bombay, kacang polong, kentang (kecuali ubi jalar), dan jagung manis.
  • Sumber protein: kacang-kacangan dan lentil.

Nah, dengan mengetahui ulasan di atas, diet feingold memang baik untuk anak berkebutuhan khusus ya, Kawan Puan.

Namun, alangkah baiknya pola makan atau diet yang tepat untuk anak berkebutuhan khusus didiskusikan terlebih dahulu pada dokter maupun ahli gizi yang merawat buah hatimu, ya. (*)

Dicicipi Sampai Korea, Ini Resep Mie Yamin Bandung ala Kimbab Family