Benarkah Budi Pekerti Anak Bisa Tentukan Karakter Pemimpin Masa Depan?

Tim Parapuan - Jumat, 5 September 2025
father and daughter spending time together
father and daughter spending time together

Bertanggung Jawab pada Diri Sendiri

Konsep hak dan kewajiban pun sebaiknya diperkenalkan sedini mungkin. Misalnya, jika anak meminjam barang, ia wajib mengembalikannya. Atau ketika diberi tugas sekolah, ia harus menyelesaikannya sendiri, bukan meminta orang lain mengerjakannya. Hal-hal sederhana ini melatih anak memahami arti tanggung jawab personal.

Pentingnya Berbagi

Selain itu, sikap berbagi juga penting untuk diasah. Baik itu berbagi makanan, mainan, atau perhatian, kebiasaan ini menumbuhkan rasa kepedulian yang lebih luas. Anak yang terbiasa berbagi akan lebih peka terhadap kebutuhan orang di sekitarnya.

Nanda menekankan, menanamkan budi pekerti tidak bisa dilakukan dalam semalam. Proses ini mirip membangun sebuah bangunan yang membutuhkan waktu, kesabaran, dan konsistensi. Orangtua berperan sebagai arsitek yang perlahan menanamkan nilai kebaikan ke dalam keseharian anak.

Ia juga mengingatkan bahwa anak belajar dari apa yang mereka lihat setiap hari. Artinya, teladan dari orangtua menjadi faktor penentu. Jika orangtua mampu menunjukkan sikap empati, jujur, dan adil, anak pun akan lebih mudah menirunya.

Dengan stimulasi yang tepat, anak bisa tumbuh menjadi pribadi yang tidak hanya cerdas, tetapi juga berkarakter kuat. Nilai empati, kejujuran, dan tanggung jawab yang tertanam sejak dini akan menjadi bekal penting ketika mereka dewasa, bahkan saat dipercaya sebagai seorang pejabat.

Oleh karena itu, membentuk generasi pemimpin yang berempati bukan hanya tanggung jawab sekolah atau lembaga tertentu, tetapi terutama orangtua di rumah. Lingkungan keluarga yang penuh kasih, adil, dan jujur akan menjadi tempat terbaik untuk menanamkan budi pekerti.

Baca Juga: Dampak Positif Gaya Parenting Latte Dad Bagi Anak, Ibu, dan Keluarga

(*)

Putri Renata

Sumber: Kompas.com
Penulis:
Editor: Citra Narada Putri