Darurat Finansial yang Bisa Disiapkan saat Negara Sedang Tak Baik-Baik Saja

Arintha Widya - Selasa, 2 September 2025
Darurat keuangan saat negara tidak baik-baik saja.
Darurat keuangan saat negara tidak baik-baik saja. Dragon Claws

Parapuan.co - Situasi negara yang sedang tidak baik-baik saja sering kali menimbulkan rasa cemas di masyarakat. Mulai dari isu politik, ekonomi yang goyah, hingga kondisi sosial yang tidak menentu, semua itu memberi dampak langsung pada kehidupan sehari-hari. Dalam keadaan seperti ini, banyak orang merasa tidak punya kendali atas apa yang terjadi di luar sana. Namun, menurut perencana keuangan Rista Zwestika, kuncinya ada pada cara kita menjaga diri dan keluarga.

"Kita enggak bisa kontrol kondisi negara, tapi kita bisa kontrol bagaimana kita jaga diri dan keluarga," tulis Rista di akun Instagram. Artinya, ketika kondisi di luar rumah semakin tidak pasti, justru penting bagi kita untuk fokus pada hal-hal yang bisa dikendalikan. Termasuk menjaga kesehatan, mengelola keuangan, dan memastikan kebutuhan dasar keluarga tetap aman.

Langkah Darurat yang Perlu Dilakukan

Rista menekankan bahwa ada beberapa tindakan darurat yang harus menjadi prioritas agar kita bisa bertahan di tengah krisis.

1. Stay safe
Keselamatan diri adalah hal pertama. Bukan hanya untuk diri sendiri, tapi juga untuk keluarga, teman, rekan kerja, dan tim yang sehari-hari bersama kita. Pastikan semua orang berada dalam kondisi aman dan saling mengingatkan untuk menjaga diri.

2. Dana darurat
Kondisi krisis menuntut kita punya uang tunai yang mudah digunakan. Jika dana darurat selama ini ditempatkan di reksa dana, maka tidak ada salahnya mencairkan sebagian sesuai kebutuhan. Begitu juga jika simpanan ada di emas, jual secukupnya saja. Tujuannya bukan untuk habis-habisan, melainkan memastikan ada likuiditas atau cash yang bisa dipakai kapan saja.

3. Stok makanan pokok
Menyiapkan persediaan di rumah adalah langkah penting. Namun, Rista mengingatkan untuk tidak menimbun berlebihan. Sediakan stok secukupnya untuk beberapa minggu agar keluarga tetap tenang, tapi jangan sampai menimbulkan kelangkaan di masyarakat.

4. Batasi mobilitas
Kondisi negara yang tidak stabil sering berisiko menimbulkan ketidakamanan di jalan. Karena itu, jika tidak ada keperluan mendesak, lebih baik tetap di rumah.

5. Kesehatan nomor satu
Tidur cukup, makan bergizi, konsumsi vitamin, dan jaga imunitas tubuh. Ingat bahwa biaya kesehatan bisa jauh lebih mahal daripada upaya pencegahan.

Baca Juga: Pentingnya Dana Darurat bagi Perempuan yang Ingin Meraih Financial Freedom

6. Tetap terhubung
Pastikan komunikasi dengan keluarga, tetangga, maupun sahabat berjalan lancar. Informasi yang cepat dan saling memberi kabar akan menciptakan rasa aman bersama. "Hati-hati jangan termakan provokasi. Kita harus saling jaga," tambah Rista.

Risiko Jika Krisis Berlarut-Larut

Menurut Rista, semakin lama krisis dibiarkan, maka semakin luas pula dampaknya. "Kalau krisis dibiarkan terlalu lama, dampaknya bisa meluas," jelasnya. Beberapa risiko yang bisa terjadi antara lain:

1. Harga kebutuhan makin tinggi. Inflasi membuat harga bahan pokok melonjak. Akibatnya, daya beli masyarakat menurun dan kualitas hidup keluarga bisa ikut terganggu.

2. Aktivitas bisnis terhenti. Distribusi barang tersendat, operasional perusahaan melambat, bahkan bisa berujung pada penghentian produksi. Ini akan melemahkan rantai ekonomi.

3. Pekerjaan dan penghasilan terancam. Banyak bisnis yang akhirnya harus memangkas gaji karyawan, mengurangi jam kerja, atau bahkan melakukan PHK. Cash flow rumah tangga otomatis akan semakin ketat.

4. Investasi terguncang. Nilai aset bisa jatuh drastis karena kepanikan pasar. Tanpa dana tunai yang cukup, investor bisa terpaksa menjual aset dalam kondisi rugi.

5. Rasa aman masyarakat menurun. Dalam kondisi sosial yang rawan, risiko kriminalitas meningkat, bahkan bisa memicu konflik di ruang publik.

Rencana Keuangan yang Perlu Diprioritaskan

Baca Juga: Jual atau Gadai Emas Saat Kondisi Darurat? Ini Saran Perencana Keuangan

Agar lebih siap menghadapi ketidakpastian, Rista memberikan beberapa saran praktis:

1. Prioritaskan kebutuhan dasar. Tahan dulu keinginan untuk belanja konsumtif atau mengambil keputusan finansial besar, kecuali memang ada pemasukan yang sangat stabil. Fokuslah pada kebutuhan harian keluarga.

2. Amankan cash flow tiga sampai enam bulan. Hitung ulang pengeluaran rutin, lalu sisihkan dana agar cukup untuk bertahan hidup tanpa pemasukan tetap. Dengan begitu, keluarga tidak terlalu bergantung pada kondisi ekonomi luar.

3. Hindari utang konsumtif. Jangan menambah beban bunga di saat situasi sudah sulit. Utang hanya akan memperparah kondisi finansial jika pemasukan tidak pasti.

Jaga Kondisi Sosial dan Mental

Selain kebutuhan fisik dan finansial, aspek mental dan sosial juga tidak boleh diabaikan.

1. Kelola informasi dengan bijak. Di era media sosial, banjir informasi sangat mudah membuat panik. Karena itu, pastikan hanya mengikuti berita dari sumber kredibel. Jangan ikut menyebarkan kabar yang belum jelas kebenarannya.

2. Bangun support system. Saling kabar dengan keluarga, tetangga, atau teman dekat membuat kita merasa tidak sendirian. Rasa aman secara sosial akan mengurangi kecemasan.

3. Rawat kesehatan mental. Aktivitas sederhana seperti journaling, meditasi, ibadah, atau olahraga ringan bisa menenangkan pikiran. Jangan anggap remeh stres, karena bisa berdampak pada kesehatan fisik.

4. Siapkan kontak darurat. Catat nomor rumah sakit, kantor polisi, hingga kontak keluarga inti di tempat yang mudah dijangkau. Dalam situasi mendesak, langkah kecil ini bisa menyelamatkan nyawa.

Krisis memang tidak bisa dihindari, tapi kita selalu bisa memilih cara merespons. Menurut Rista, kuncinya ada pada kemampuan kita untuk mengendalikan hal-hal kecil yang ada dalam jangkauan: menjaga diri, merawat keluarga, mengelola keuangan, serta tetap tenang menghadapi situasi.

Dengan langkah darurat yang tepat, rasa saling jaga, dan disiplin dalam mengatur cash flow, kita bisa melewati masa-masa sulit ini dengan lebih kuat.

Baca Juga: Panduan Menghitung Dana Darurat untuk Perempuan, Berapa Idealnya?

(*)

Sumber: Instagram
Penulis:
Editor: Arintha Widya