Perilaku Sembrono DPR Jadi Pemicu Gelombang Demonstrasi Nasional

Saras Bening Sumunar - Senin, 1 September 2025
Aksi sembrono DPR yang memicu amarah publik.
Aksi sembrono DPR yang memicu amarah publik. Instagram: nafaurbach/ ahmadsahroni88/ ekopatriosuper

Menurut penulis, perilaku sembrono para anggota DPR seperti momen joget, tunjangan fantastis di masa sulit, dan tanggapan sinis terhadap kritik, semuanya menunjukkan gap empati yang sangat fatal.

Ketika elit legislatif tidak hanya lepas dari realitas rakyat, tetapi juga tampak mengejeknya, maka protes jadi tidak terhindarkan. Misalnya Ahmad Sahroni yang terang-terangan menyebut masyarakat 'tolol'.

Ada juga konten Eko Patrio yang menampilkan sindiran di mana gaji Rp3 juta sebagai anggota DPR dalam sehari, tidak ada apa-apanya dibandingkan gajinya menjadi artis, yakni Rp84 juta sehari. 

Sementara itu, Nafa Urbach yang juga setuju dengan tunjangan Rp50 juta untuk anggota DPR dan menganggapnya wajar.

Menurut penulis, dengan perilaku sembrono para elite politik ini, kelompok masyarakat merasa suaranya selama ini diabaikan hingga akhirnya mereka menggerakkan aksi massa yang besar, emosional, dan pada titik tertentu, tak terkendali.

Demonstrasi akhir Agustus bukan hanya bentuk kritik atas kebijakan DPR, tetapi bentrokan simbolik antara rakyat penuntut keadilan sosial dengan elit yang terekam sebagai penyebab keretakan demokrasi.

Penulis juga menegaskan bahwa pada Agustus 2025, di bulan Kemerdekaan, DPR RI mencatat sejarah kelam. Semua memicu demonstrasi besar-besaran, kerusuhan nasional, dan kerusakan infrastruktur publik, hingga citra demokrasi. 

Rakyat menuntut pengakuan, transparansi, dan pertanggungjawaban bukan hanya untuk tunjangan Rp50 juta, tetapi untuk moral politik yang selama ini hilang.

Sebuah momentum ini diharapkan mengubah paradigma legislatif kita dari elit tertutup menjadi wakil rakyat yang benar-benar mendengar dan melayani.

Baca Juga: Viral Ibu Hijab Pink di Demo Jakarta, Mengapa Suara Perempuan Penting dalam Aksi Sosial?

(*)