Parapuan.co - Demonstrasi kerap muncul sebagai bentuk ekspresi publik dalam menyuarakan aspirasi, seperti yang sepekan terakhir terjadi di Jakarta dan berbagai daerah lain di Indonesia. Pertanyaannya, apakah aksi massa benar-benar mampu mengubah kebijakan atau hanya sekadar riak sesaat?
Sejarah panjang pergerakan sosial di dunia menunjukkan bahwa mobilisasi massa, baik dalam skala kecil maupun besar, memiliki potensi untuk memengaruhi arah kebijakan, meski dampaknya tidak selalu langsung terasa.
Sejauh mana demonstrasi mampu mengubah arah kebijakan? Simak dulu uraian yang dirangkum dari The London School of Economics and Political Science berikut ini!
Demonstrasi sebagai Pendorong Perubahan Sosial
Sejumlah penelitian menunjukkan bahwa demonstrasi dapat bekerja melalui beberapa mekanisme. Pertama, aksi massa mampu mendorong isu tertentu masuk dalam agenda politik dan media.
Kedua, aksi ini dapat menekan pembuat kebijakan dengan meningkatkan biaya politik jika aspirasi masyarakat diabaikan. Ketiga, dalam jangka panjang, demonstrasi juga bisa mengubah sikap sosial, menjadikan gagasan yang semula dianggap radikal perlahan masuk arus utama.
Namun, efektivitas demonstrasi tidak seragam. Studi di Amerika Serikat menemukan bahwa ukuran aksi massa berpengaruh besar: mobilisasi berskala luas, seperti gerakan Black Lives Matter pada 2020, terbukti menggeser preferensi politik dan bahkan berdampak pada hasil pemilu.
Sebaliknya, aksi kecil sering kali tidak meninggalkan jejak signifikan pada kebijakan maupun perilaku pemilih.
Faktor Penentu Keberhasilan
Baca Juga: Demo 28 Agustus Telan Korban Jiwa, Rakyat Tak Butuh Belas Kasih Tetapi Keadilan