Tujuan Terkait

Psikiater Ini Sebutkan Membaca Buku Bisa Menjaga Kesehatan Mental

Tim Parapuan - Minggu, 31 Agustus 2025
dr. Jiemi Adrian, Sp.KJ (tengah) sebagai ahli kesehatan jiwa dan penulis
dr. Jiemi Adrian, Sp.KJ (tengah) sebagai ahli kesehatan jiwa dan penulis Putri Renata

Parapuan.co - Konferensi pers Pesta Literasi Indonesia 2025 menghadirkan dr. Jiemi Ardian, seorang psikiater dan penulis yang peduli pada kesehatan jiwa masyarakat. Dalam sesi diskusi, dirinya menyoroti bagaimana kegiatan membaca tidak sekadar hobi, melainkan juga terapi yang bisa menyeimbangkan pikiran di tengah arus digitalisasi. 

Sebagai spesiasi kesehatan jiwa, dr. Jiemi menegaskan bahwa membaca merupakan jalan penting untuk membentuk proses berpikir yang sehat.

"Kesehatan jiwa, salah satunya dibentuk dengan proses berpikir yang sehat. Tanpa proses berpikir yang sehat, kita seringkali akan... emosinya akan terganggu, bukan karena apa-apa, karena kita mikir enggak sehat," ujarnya.

"Bagaimana membentuk proses berpikir yang sehat, salah satunya membaca. Karena di dalam membaca kita enggak cuma menelusur kalimat demi kalimat, ada proses berpikir di sana, penghayatan di sana," tambah dr. Jiemi.

Dengan membaca akan memberi dampak positif bagi kesehatan jiwa. Ia menekankan, keterlibatan komunitas membaca sangat penting agar masyarakat bisa belajar bersama, saling bertukar pikiran, dan menemukan keseimbangan batin melalui buku.

Peran Buku dalam Menjaga Kesehatan Mental

Menurut dr. Jiemi, buku fiksi memiliki peranan istimewa karena mampu membangkitkan empati dan mengajak pembaca memahami berbagai sudut pandang. Sementara buku nonfiksi cenderung bersifat informatif, buku fiksi justru bisa menyentuh sisi emosional pembaca.

"Karena saya juga merasa yang penting itu bukan cuma buku nonfiksi. Buku fiksi itu penting banget sebenernya. Dalam kaedah kesehatan jiwa. Buku non-fiksi tidak bisa mencetuskan emosi," jelasnya.

Ia bahkan bercanda bahwa membaca buku nonfiksi karyanya terkadang justru membuat pembaca merasa “emosi” karena ketebalannya. Akan tetapi, dr. Jiemi juga menambahkan jika buku nonfiksi akan mengundang empati untuk memahami sudut pandang seseorang.

Baca Juga: Menjaga Kesehatan Mental Remaja, Investasi untuk Masa Depan Bangsa

Berbeda dengan fiksi, yang bisa mengajak orang untuk larut dalam cerita, merasakan emosi tokoh, hingga memperkaya perspektif kehidupan. Karena itu, kehadiran penerbit dalam Pesta Literasi dianggap sangat penting supaya lebih banyak karya fiksi bisa menjangkau masyarakat luas.

Apakah Buku Menjadi Solusi Saat Jenuh?

Ditekankan juga oleh dr. Jiemi, bahwa dengan membaca bisa menjadi salah satu solusi mengatasi kejenuhan dan kelelahan mental akibat penggunaan ponsel yang berlebihan. Ini karena aktivitas tersebut mampu memberi pengalaman yang berbeda dari interaksi digital.

Bahkan buku komik sekalipun, seperti One Punch Man atau One Piece, dapat memberikan efek penyegaran yang menyehatkan. "Jadi seringan-ringan komik pun gitu maksudnya ya bisa jadi bentuk refreshing diri," tambahnya.

Ia menambahkan, membaca buku memberikan suasana rileks tanpa “sensoric overload”. "Jadi sensor mata, telinga dan lain sebagainya tidak terlalu banyak dibombardir, tapi tetap nyaman begitu. Kalau malam kita membaca buku, akan sangat berbeda dengan kita scrolling. Yang satu akan refreshing, yang satu refreshing juga, tapi lelah," jelasnya.

Walaupun sama-sama dianggap sebagai hiburan, membaca buku cukup menghasilkan ketenangan, sementara scrolling internet akan menambah rasa lelah meski secara fisik tidak bergerak banyak.

Meski begitu, dr. Jiemi menegaskan bahwa media sosial tidak sepenuhnya buruk. Hanya saja, buku memiliki kelebihan karena menyajikan ruang lebih luas untuk refleksi, penghayatan, dan penjelajahan batin.

Dengan kata lain, membaca buku bisa menjadi “jangkar” yang menjaga kestabilan jiwa di tengah derasnya arus digital.

Baca Juga: 9 Manfaat Membaca Nyaring untuk Tumbuh Kembang Anak Sejak Dini

(*)

Putri Renata

Penulis:
Editor: Citra Narada Putri

Artikel ini merupakan bagian dari Lestari, program KG Media yang merupakan suatu rencana aksi global, bertujuan untuk menghapus kemiskinan, mengurangi kesenjangan dan melindungi lingkungan.