Cari Kerja Susah, Apakah Memulai Usaha Bisa Jadi Solusi bagi Gen Z?

Arintha Widya - Selasa, 26 Agustus 2025
Apakah memulai usaha sendiri solusi sulit cari kerja bagi Gen Z?
Apakah memulai usaha sendiri solusi sulit cari kerja bagi Gen Z? Alla Morozova

Parapuan.co - Bagi generasi Z, masuk ke dunia kerja ternyata tidak semudah yang dibayangkan. Banyak lulusan baru merasa sudah berjuang melamar puluhan bahkan ratusan pekerjaan, namun ujung-ujungnya hanya berakhir tanpa kabar.

Fenomena ini bukan hanya terjadi di luar negeri, tapi juga di Indonesia di mana persaingan ketat dan terbatasnya lapangan kerja formal membuat anak muda harus memutar otak untuk tetap bisa bertahan.

Generasi Z dan Pasar Kerja yang Semakin Sulit

Melansir USA Today, riset global menunjukkan hampir 1 dari 5 pencari kerja masih kesulitan mendapatkan pekerjaan setelah berbulan-bulan mencari. Bahkan, sebagian anak muda memilih berhenti mencari karena merasa pasar kerja terlalu sempit. Kondisi ini diperburuk dengan fakta bahwa banyak perusahaan lebih banyak membuka lowongan kontrak atau freelance, sementara kesempatan kerja tetap cenderung stagnan.

Situasi ini membuat generasi Z—yang dikenal sebagai generasi digital dan serba praktis—mulai melirik jalur alternatif. Alih-alih terus menunggu panggilan kerja formal, mereka mencoba mencari peluang lewat pekerjaan lepas, side hustle, hingga membangun usaha kecil sendiri.

Mindset Baru: Kerja Konvensional Sudah Usang?

Bagi banyak anak muda, bekerja 9-to-5 di kantor dianggap sudah ketinggalan zaman. Survei bahkan menunjukkan mayoritas generasi Z menilai lima hari kerja penuh di kantor bukan lagi cara yang ideal. Mereka lebih tertarik mencari fleksibilitas, kebebasan menentukan jadwal, dan kesempatan menghasilkan uang lewat cara-cara non-tradisional.

Contohnya, ada yang memulai dengan pekerjaan lepas seperti jasa desain grafis, content creator, atau membantu pekerjaan rumah tangga melalui platform digital. Dari sinilah sebagian anak muda justru menemukan pintu menuju dunia wirausaha.

Dari Side Hustle ke Usaha Mandiri

Baca Juga: Ricuh Job Fair di Bekasi, Lebih Baik Mencari Kerja Online atau Offline?

Kisah nyata seperti yang dialami Nola Rodgers atau Kevin Johnson di Amerika bisa jadi inspirasi. Berawal dari pekerjaan kecil di platform seperti Taskrabbit, keduanya berhasil membangun bisnis sendiri dengan penghasilan stabil. Nola bahkan kini bisa menghasilkan ribuan dolar per bulan tanpa harus terikat perusahaan dan tanpa gelar kuliah.

Fenomena ini membuktikan bahwa wirausaha bukan lagi sekadar pilihan cadangan, melainkan strategi bertahan hidup sekaligus jalan menuju kemandirian finansial bagi generasi Z.

Bagaimana dengan Generasi Z di Indonesia?

Tren serupa sebenarnya juga terlihat di tanah air. Banyak anak muda yang sulit mendapat pekerjaan tetap akhirnya beralih menjadi reseller, membuka usaha makanan kecil, hingga memanfaatkan media sosial untuk menjual jasa. Kreativitas dan akses digital membuat mereka lebih mudah mencoba peruntungan di dunia bisnis.

Namun, membangun usaha tentu bukan tanpa risiko. Tantangan modal, persaingan ketat, hingga ketidakpastian penghasilan tetap harus dihadapi. Meski begitu, dengan dukungan teknologi dan jejaring digital, generasi Z punya peluang lebih besar untuk bereksperimen dibanding generasi sebelumnya.

Apakah Memulai Usaha Jadi Solusi?

Jawabannya bisa ya, bisa juga tidak—tergantung kesiapan individu. Bagi sebagian generasi Z, usaha bisa jadi jalan keluar dari sulitnya mencari kerja. Tetapi penting untuk diingat bahwa membangun usaha butuh mental tahan banting, kemampuan mengelola risiko, dan kesediaan belajar dari kegagalan.

Yang jelas, semakin banyak anak muda kini tidak hanya menunggu peluang kerja, tetapi menciptakan peluangnya sendiri. Bagi generasi Z, inilah saatnya menulis ulang definisi “bekerja” sesuai dengan nilai dan gaya hidup mereka.

Baca Juga: 7 Skill Ini Perlu Dimiliki untuk Bertahan di Era Sulit Mencari Kerja

(*)

Sumber: USA Today
Penulis:
Editor: Arintha Widya