Tujuan Terkait
Tujuan Lestari terkait

Dibanding Laki-Laki Kini Banyak Orang Tua Mendambakan Anak Perempuan, Kenapa?

Saras Bening Sumunar - Rabu, 30 Juli 2025
Lebih banyak orang tua mendambakan anak perempuan dibandingkan laki-laki.
Lebih banyak orang tua mendambakan anak perempuan dibandingkan laki-laki. FatCamera

Parapuan.co - Dalam beberapa waktu terakhir, terjadi pergeseran paradigma preferensi gender di masyarakat modern, salah satunya  idaman jenis kelamin pada anak.

Banyak orang tua kini justru lebih mengidamkan anak perempuan dibanding laki-laki. Pergeseran ini rupanya bukan sebatas tren sesaat, melainkan kombinasi dari berbagai hal kompleks, termasuk perubahan nilai sosial hingga psikologis dalam memandang masa depan. 

Berdasarkan laporan dari The Economist yang dikutip dari laman Kompasfenomena orang tua menginginkan anak perempuan dibanding laki-laki hampir menghilangkan preferensi zaman dulu, saat anak laki-laki lebih banyak diharapkan orang tua.

Dalam banyak budaya, termasuk Indonesia, anak laki-laki secara tradisional mewarisi nama keluarga dan kekayaan keluarga. Sehingga, anak laki-laki jauh lebih didambakan daripada anak perempuan.

Bahkan, cukup banyak orang tua yang memilih untuk menggugurkan bayi perempuan mereka. Namun seiring berjalannya waktu, pandangan tersebut bergeser.

Preferensi memiliki anak laki-laki telah berkurang secara drastis, terutama di negara-negara berkembang. Sedangkan di beberapa negara maju, kebanyakan orang tua juga mulai mendambakan anak perempuan.

Pergeseran fenomena ini disebabkan karena munculnya persepsi anak laki-laki membawa beban, sedangkan anak perempuan adalah anugerah. Banyak orang tua yang menginginkan bayi perempuan membuat kelahiran anak laki-laki berpotensi turun menjadi 200.000 pada 2025 ini.

Negara dengan Kelahiran Anak Perempuan yang Lebih Tinggi

Korea Selatan menjadi salah satu negara di mana orang tuanya menginginkan anak perempuan dibandingkan laki-laki. Menurut Badan Statistik Korea Selatan, sejak tahun 1985 sampai 2003, persentase perempuan Korea Selatan yang ingin memiliki anak laki-laki turun drastis dari 48 persen menjadi 6 persen.

Sementara ini, rasio anak laki-laki di China turun dari 117 dari tahun 2000-an menjadi 111 pada 2023. Hal ini rupanya juga dipicu atas diberlakukannya kebijakan satu anak.

Baca Juga: 8 Hal yang Perlu Diajarkan ke Anak Perempuan Sebelum Masuk SMP

Di Jepang, Survei Fertilitas Nasional Jepang yang secara rutin melakukan jajak pendapat setiap 5 tahun mencatat bahwa pada tahun 1982, 48,5 persen pasangan menikah hanya menginginkan satu anak dan itu adalah perempuan.

Pada 2002, 75 persen pasangan juga menginginkan anak perempuan. Preferensi memiliki anak perempuan juga diinginkan oleh orang tua yang menginginkan memiliki dua atau tiga anak.

Kenapa Anak Perempuan Lebih Diinginkan Daripada Laki-Laki?

Rupanya, ada beberapa faktor yang menyebabkan orang tua lebih memilih anak perempuan ketimbang laki-laki, termasuk faktor budaya dan kondisi psikologis.

Misalnya di Afrika sub-Sahara, seorang laki-laki di sana diharuskan membayar mahar besar pada keluarga perempuan yang akan dinikahinya. Faktor budaya inilah yang pada akhirnya membuat banyak orang tua di Afrika mendambakan anak perempuan dibanding laki-laki.

Bukan hanya di Afrika, pada tahun 2010, orang tua di Amerika juga lebih memilih mengadopsi anak perempuan dengan membayar 16.000 dollar AS atau setara dengan Rp262 juta.

Hingga saat ini, belum diketahui secara pasti apa alasan meningkatnya preferensi anak perempuan lebih banyak diinginkan ketimbang laki-laki. Namun, menurut studi Abbie Goldberg dari Universitas Clark pada 2009, anak perempuan lebih mudah dibesarkan, lebih menarik, dan kompleks.

Oleh karena itu, para orang tua lebih memilih untuk memiliki anak perempuan daripada laki-laki. Sementara itu, para orang tua di China beranggapan bahwa memiliki anak laki-laki dinilai mahal karena pria perkotaan kelas menengah biasanya diharapkan memiliki apartemen sebelum menikah.

Mereka juga mengatakan bahwa anak laki-laki sering mengeluh tentang biaya yang sangat besar untuk membantu mereka membeli rumah. Kemungkinan lainnya adalah bahwa preferensi terhadap anak perempuan mungkin bukan tanda emansipasi, melainkan cerminan peran gender yang langgeng.

Asumsi bahwa anak perempuan akan lebih mengasuh, sementara anak laki-laki akan menjauh, sudah mengakar bahkan dalam masyarakat yang paling egaliter sekalipun.

Di Denmark, Norwegia, dan Swedia misalnya, perempuan relatif terwakili dengan baik baik dalam bisnis maupun politik. Pasangan orang tua di sana tetap menempatkan kepentingan yang lebih besar untuk memiliki setidaknya satu anak perempuan daripada memiliki setidaknya satu anak laki-laki.

Kebanyakan orang tua juga beranggapan bahwa memiliki anak perempuan lebih mungkin memberikan kesan yang baik bagi mereka daripada memiliki anak laki-laki. Hal ini karena anak laki-laki lebih lambat mengembangkan keterampilan motorik halus daripada anak perempuan. Mereka juga kurang mampu duduk dengan diam.

Baca Juga: 3 Konflik yang Sering Dihadapi Ibu dan Anak Perempuan, Apa Saja?

(*)

Sumber: kompas
Penulis:
Editor: Kinanti Nuke Mahardini

Artikel ini merupakan bagian dari Lestari, program KG Media yang merupakan suatu rencana aksi global, bertujuan untuk menghapus kemiskinan, mengurangi kesenjangan dan melindungi lingkungan.