3 Konflik yang Sering Dihadapi Ibu dan Anak Perempuan, Apa Saja?

Saras Bening Sumunar - Senin, 14 Juli 2025
Konflik ibu dan anak perempuan.
Konflik ibu dan anak perempuan. Freepik

Parapuan.co - Hubungan antara ibu dan anak perempuan sering kali dipandang sebagai salah satu hubungan paling kuat sekaligus emosional dalam kehidupan seseorang. Sejak anak perempuan lahir, ibu menjadi sosok pertama yang memperkenalkan dunia, cinta, dan nilai-nilai hidup.

Banyak orang percaya bahwa hubungan ini akan selalu harmonis karena dilandasi oleh ikatan darah dan naluri keibuan. Padahal kenyataannya, hubungan antara ibu dan anak perempuan justru menjadi salah satu hubungan paling kompleks, bahkan rentan konflik.

Tak sedikit rumah yang tampak harmonis di luar, tetapi di dalamnya tersimpan ketegangan karena komunikasi, ekspektasi berlebihan, serta perbedaan sudut pandang antargenerasi.

Dalam masa pertumbuhan anak perempuan, terutama saat memasuki masa remaja hingga dewasa, dinamika hubungan dengan ibu bisa berubah drastis. Apa yang dulu dianggap sebagai perhatian dan kasih sayang, bisa saja dipersepsikan sebagai kontrol juga tekanan.

Sebaliknya, ibu yang merasa sudah memberikan hal terbaik bisa merasa kecewa ketika anak perempuannya menunjukkan sikap membangkang atau menarik diri. Konflik ini bukanlah tanda kurangnya cinta, melainkan sinyal bahwa ada kebutuhan emosional yang belum terpenuhi secara tepat dari kedua belah pihak.

Oleh karena itu, penting bagimu untuk memahami bahwa konflik ini bersifat manusiawi. Ini juga bisa menjadi pintu masuk membangun hubungan lebih sehat dan dewasa, asal dikelola dengan kesadaran, empati, hingga komunikasi terbuka.

Janet Taylor, seorang psikiater menyebut bahwa konflik antara ibu dan anak perempuan rentan terjadi ketika si buah hati menginjak usia dewasa. Dari sinilah, pergumulan mulai muncul.

Konflik di antara keduanya sering kali dikaitkan dengan perubahan hormon dari anak-anak menjadi dewasa. Oleh karenanya, Janet Taylor menyarankan untuk ibu memahami aspek perkembangan yang dialami anak perempuan.

"Penting untuk memahami aspek perkembangan yang dialami oleh anak perempuan kita," ujar Janet Taylor dikutip dari laman Vox. Adapun beberapa konflik yang mungkin dialami oleh ibu dan anak perempuan, yakni:

Baca Juga: Baik untuk Tumbuh Kembang, Ini 3 Cara Bonding Ibu dan Anak Perempuan

1. Perbedaan Nilai dan Gaya Hidup Antar Generasi

Salah satu akar konflik yang sering muncul antara ibu dengan anak perempuan adalah adanya perbedaan nilai dan gaya hidup. Ibu yang tumbuh di era lebih konservatif mungkin memiliki pandangan hidup lebih kaku dan tradisional.

Sedangkan, anak perempuan yang tumbuh di era digital dengan arus globalisasi dan keterbukaan informasi lebih terbuka terhadap kebebasan berekspresi, karier, bahkan hubungan asmara.

Misalnya, ibu mungkin lebih menekankan pentingnya peran perempuan sebagai istri dan ibu, sementara anak perempuan lebih fokus pada pengembangan diri, pendidikan tinggi, atau pencapaian profesional.

Ketika ibu berusaha memberi nasihat, anak bisa merasa dikekang atau tidak dipahami, sementara ibu merasa diabaikan atau tidak dihargai. Ketegangan ini bisa muncul dalam bentuk perdebatan, saling menyalahkan, hingga diam-diam menjauh secara emosional.

2. Ekspektasi

Banyak ibu, secara sadar atau tidak, menanamkan harapan tertentu kepada anak perempuan mereka. Kadang, ekspektasi itu muncul karena ibu merasa anak perempuannya adalah cerminan diri, maka segala impian yang tidak tercapai, ingin diwujudkan melalui sang anak.

Misalnya, ibu yang tidak sempat menyelesaikan kuliah akan menekan anaknya agar menjadi lulusan terbaik, atau ibu yang dulu gagal membangun karier akan mendorong anaknya menjadi sukses secara profesional.

Meskipun dorongan ini bermaksud baik, jika dilakukan tanpa mempertimbangkan minat, keinginan, dan kapasitas anak, hal ini bisa memicu perasaan tertekan.

Anak perempuan bisa merasa tidak cukup baik meskipun sudah berusaha keras. Akibatnya, hubungan menjadi renggang karena anak merasa dirinya hanya dihargai ketika berhasil memenuhi standar ibu.

3. Kurangnya Komunikasi

Komunikasi adalah fondasi utama dalam semua hubungan, termasuk antara ibu dan anak perempuan. Namun, sering kali komunikasi dalam hubungan ini tidak berjalan dengan baik karena dibumbui oleh emosi, tekanan budaya, dan asumsi yang tidak diungkapkan.

Ibu bisa menggunakan pendekatan menggurui, sementara anak merespons dengan sikap defensif atau penolakan. Percakapan sehari-hari yang seharusnya menjadi ruang untuk saling mendengar dan memahami, berubah menjadi ladang konflik karena keduanya berbicara untuk didengar, bukan untuk memahami.

Baca Juga: 5 Langkah Memperbaiki Hubungan Ibu dan Anak Perempuan yang Sempat Renggang

(*)