Dampak Psikologis Perempuan yang Mempertahakan Pernikahan Meski Diselingkuhi

Saras Bening Sumunar - Selasa, 29 Juli 2025
Dampak psikologis perempuan bertahan meski diselingkuhi berulang.
Dampak psikologis perempuan bertahan meski diselingkuhi berulang. Marcos Calvo

Parapuan.co - Di tengah narasi besar tentang cinta, kesetiaan, dan pernikahan yang sakral, banyak perempuan terjebak dalam dilema batin ketika dihadapkan pada kenyataan pahit berupa perselingkuhan.

Dalam hubungan pernikahan, perselingkuhan yang dilakukan pasangan bukan hanya membuat luka, tetapi juga mengikis rasa percaya. Di sisi lain, walau sudah ditunjukkan dengan fakta perselingkuhan pasangan, masih banyak istri yang mempertahankan pernikahannya.

Keputusan untuk tetap berada dalam hubungan tersebut seringkali bukan karena lemahnya pribadi atau ketidakmampuan mencintai diri sendiri, melainkan kompleksitas emosi, budaya, tanggung jawab keluarga, hingga tekanan sosial yang membelenggu.

Padahal, bertahan dalam pernikahan yang tidak sehat justru memberikan dampak besar pada kesehatan mental perempuan.

"Kalau enggak pulih, kalau diam saja, tentu terganggu mentalnya. Korban bisa merasa cemas, takut hal serupa bakal terulang lagi," imbuhnya," ujar Sukmadiarti M.Psi, konsultan pranikah dikutip dari Kompas.

Menurut Sukmadiarti, ada dua pilihan dalam menangani kasus perselingkuhan dalam pernikahan.

Dampak Psikolgis Bertahan meski Diselingkuhi Berulang

Menurut Sukmadiarti, perasaan takut sangat umum dirasakan oleh istri yang berulang kali diselingkuhi oleh suami. Selain itu, korban perselingkuhan juga bisa merasa kecewa dan malu terhadap kondisinya saat ini karena merasa bahwa ia seharusnya bisa menjalani kehidupan pernikahan penuh kebahagiaan.

"Bilangnya sudah enggak, tetapi ternyata di belakang masih berhubungan. Takut tersakiti lagi, merasa depresi, sedih, dan putus asa," jelasnya.

Baca Juga: Awas Terjebak! Ini Cara Menghindari Perselingkuhan dengan Rekan Kerja

Sedangkan jika pasutri sudah memiliki anak, perselingkuhan bisa membahayakan keselamatan sang buah hati. Saat ayah atau ibu tidak bahagia, ini berujung pada anak yang tidak bahagia.

Perasaan yang dipendam karena menjadi korban perselingkuhan bisa dikeluarkan dengan cara dan kepada orang yang salah, seperti sering memarahi anak.

"Namanya kasus perselingkuhan pasti enggak bahagia. Ketika lagi marah dan kecewa, ketika tidak disalurkan ke pihak yang berselingkuh, reaksi emosinya malah disalurkan ke anak, jadi salah tempat," kata Sukmadiarti.

Misalnya, ibu yang menyalahkan anak karena fisiknya berubah setelah melahirkan. Suami yang tidak memahami kondisi fisik istri bakal merasa bahwa tubuh istrinya buruk setelah melahirkan.

Kemudian, suami berselingkuh dengan perempuan yang fisiknya sesuai dengan keinginannya. Sementara itu, sang istri bisa saja menganggap bahwa anak seharusnya tidak dilahirkan, karena membuat tubuhnya menjadi jelek.

Lebih jauh lagi, ada dampak psikologis lain yang akan dialami oleh istri ketika dirinya bertahan dalam pernikahan penuh perselingkuhan, seperti:

1. Penurunan Harga Diri

Salah satu dampak psikologis paling signifikan yang kerap dialami perempuan dalam situasi ini adalah penurunan harga diri. Ketika kamu tahu bahwa pasanganmu tidak setia, terlebih jika itu terjadi berulang kali, kamu mulai mempertanyakan nilai dirimu sendiri seperti:

Baca Juga: Perselingkuhan dengan Sesama Rekan Kerja, Mengapa Bisa Terjadi?

"Apakah aku tidak cukup baik untuk dirinya?"

"Apa yang salah denganku hingga dia berselingkuh?"

Pertanyaan-pertanyaan ini perlahan mengikis kepercayaan diri dan membentuk narasi negatif dalam pikiran. Kamu bisa jadi mulai merasa tidak layak dicintai, tidak cukup menarik, bahkan merasa bersalah atas pengkhianatan yang seharusnya bukan tanggung jawabmu.

2. Stres Kronis dan Gangguan Kecemasan

Tinggal dalam lingkungan pernikahan yang penuh ketidakpastian, kecurigaan, dan rasa sakit hati terus-menerus memunculkan stres kronis. Kamu mungkin tidak lagi mampu tidur nyenyak, selalu merasa gelisah, bahkan mengalami gejala fisik seperti sakit kepala, gangguan pencernaan, dan kelelahan berkepanjangan.

Dalam beberapa kasus, perempuan juga dapat mengembangkan gangguan kecemasan, seperti panic attack, fobia sosial, atau rasa takut berlebihan terhadap masa depan pernikahannya.

3. Kehilangan Batas Emosional

Salah satu efek jangka panjang yang jarang disadari adalah hilangnya batas emosional yang sehat. Kamu mungkin mulai membenarkan perilaku buruk pasanganmu atau merasa bahwa luka yang kamu terima adalah bagian normal dari sebuah hubungan.

Dalam situasi ini, kamu bisa menjadi terlalu tergantung secara emosional, bahkan ketika jelas bahwa relasi tersebut bersifat merusak. Rasa cemas ditinggal, takut menghadapi dunia sendirian, atau trauma masa kecil yang belum sembuh bisa memperkuat pola ini.

Baca Juga: Sudah Beristri, Kenapa Laki-Laki Tetap Nekat Selingkuh? Ini Alasannya

(*)