Cara Membangun Kepercayaan agar Anak Mau Curhat saat Remaja, Lakukan Sejak Balita

Arintha Widya - Rabu, 16 Juli 2025
Membangun kepercayaan pada anak sejak balita demi masa remajanya.
Membangun kepercayaan pada anak sejak balita demi masa remajanya. Erdark

Parapuan.co - Kawan Puan, sebagian orang tua tentu ingin anak remajanya bisa terbuka saat sedang kesulitan, minta bantuan ketika dibutuhkan, atau sekadar bercerita tentang hari-harinya. Namun, kepercayaan seperti itu tak muncul begitu saja saat anak beranjak 13 tahun.

Kunci utamanya justru terletak pada hubungan yang dibangun sejak anak masih kecil—bahkan sejak balita. Oleh karenanya, kehadiran orang tua di masa balita anak-anak menjadi investasi emosional yang sangat berharga untuk masa remaja mereka nanti.

Jika ingin anak terbuka dan sering curhat padamu saat remaja, begini cara membangun kepercayaan anak sejak dini seperti dikutip dari Today's Parent!

1. Hadir Sepenuhnya, Tak Harus Sempurna

Anak tidak butuh orang tua yang selalu tahu segalanya. Mereka hanya butuh kita hadir secara utuh. Momen-momen sederhana seperti menonton kartun bersama, menyusun puzzle, atau menjemput dari daycare adalah kesempatan untuk menunjukkan bahwa keberadaan mereka penting.

Letakkan ponsel, tatap mata mereka, dan tanggapi cerita-ceritanya—meski hanya tentang boneka yang pura-pura makan siang. Kehadiran semacam ini mengirim pesan: "Kamu penting. Aku di sini". Dan pesan ini akan menetap di hati mereka hingga besar nanti.

2. Dengarkan Sesuai Waktu Mereka

Anak-anak, termasuk remaja, jarang memilih waktu "ideal" untuk membuka diri. Bisa jadi mereka ingin bercerita saat mau tidur, saat menyikat gigi, atau di mobil saat perjalanan pulang sekolah.

Sebagai orang tua, kita perlu lentur mengikuti ritme mereka. Kadang melelahkan, apalagi jika sudah larut malam, tapi menyempatkan diri untuk benar-benar mendengarkan ketika mereka siap, menunjukkan bahwa kita siap ada untuk mereka kapan pun dibutuhkan.

Baca Juga: Perilaku Remaja di Luar Kendali? Ini Solusi Efektif untuk Orang Tua

3. Jauhkan Gadget Saat Bersama Anak

Di tengah dunia yang penuh distraksi digital, perhatian penuh menjadi sangat berharga. Jika anak melihat kita hanya setengah mendengarkan sambil bermain ponsel, mereka akan merasa tak dihargai.

Ciptakan ritual kecil bebas layar, misalnya: tidak ada ponsel saat makan malam, tidak bermain gadget saat membacakan dongeng, atau luangkan beberapa menit sepulang sekolah untuk ngobrol tanpa gangguan. Kebiasaan ini akan menjadi tradisi positif.

4. Jangan Langsung Memberi Solusi, Cukup Dengarkan

Saat anak bercerita—tentang mainan yang hilang, game yang sulit, atau konflik dengan teman—hindari langsung memberi nasihat. Cukup katakan, "Wah, pasti rasanya nggak enak ya" atau "Ceritain lebih lanjut dong".

Respon tenang dan tanpa penilaian membuat anak merasa aman secara emosional. Mereka belajar bahwa mereka bisa datang ke kita tanpa takut dihakimi atau diabaikan.

Momen Kecil yang Berdampak Besar

Kepercayaan tidak dibangun dalam satu malam. Ia tumbuh dalam rutinitas sehari-hari, dalam kehadiran yang konsisten, dan dalam telinga yang benar-benar mendengarkan. Tak peduli apakah anak masih balita yang cerewet soal sabun mandi atau remaja yang hanya menjawab "biasa aja" saat ditanya kabar, kehadiran orang tua tetap penting.

Karena saat anak tahu mereka bisa bercerita tentang hal-hal kecil, mereka juga akan percaya diri untuk bercerita tentang hal-hal besar.

Baca Juga: Mendidik Anak Laki-Laki agar Tidak Patriarki, Ajarkan 13 Hal Ini sebelum Remaja

(*)

Sumber: Today's Parent
Penulis:
Editor: Arintha Widya