3. Jauhkan Gadget Saat Bersama Anak
Di tengah dunia yang penuh distraksi digital, perhatian penuh menjadi sangat berharga. Jika anak melihat kita hanya setengah mendengarkan sambil bermain ponsel, mereka akan merasa tak dihargai.
Ciptakan ritual kecil bebas layar, misalnya: tidak ada ponsel saat makan malam, tidak bermain gadget saat membacakan dongeng, atau luangkan beberapa menit sepulang sekolah untuk ngobrol tanpa gangguan. Kebiasaan ini akan menjadi tradisi positif.
4. Jangan Langsung Memberi Solusi, Cukup Dengarkan
Saat anak bercerita—tentang mainan yang hilang, game yang sulit, atau konflik dengan teman—hindari langsung memberi nasihat. Cukup katakan, "Wah, pasti rasanya nggak enak ya" atau "Ceritain lebih lanjut dong".
Respon tenang dan tanpa penilaian membuat anak merasa aman secara emosional. Mereka belajar bahwa mereka bisa datang ke kita tanpa takut dihakimi atau diabaikan.
Momen Kecil yang Berdampak Besar
Kepercayaan tidak dibangun dalam satu malam. Ia tumbuh dalam rutinitas sehari-hari, dalam kehadiran yang konsisten, dan dalam telinga yang benar-benar mendengarkan. Tak peduli apakah anak masih balita yang cerewet soal sabun mandi atau remaja yang hanya menjawab "biasa aja" saat ditanya kabar, kehadiran orang tua tetap penting.
Karena saat anak tahu mereka bisa bercerita tentang hal-hal kecil, mereka juga akan percaya diri untuk bercerita tentang hal-hal besar.
Baca Juga: Mendidik Anak Laki-Laki agar Tidak Patriarki, Ajarkan 13 Hal Ini sebelum Remaja
(*)