Italia Atur Langkah Terapkan Kebiri Kimia untuk Pemerkosa dan Pedofil

Arintha Widya - Selasa, 8 Juli 2025
Pemerintah Italia makin dekat dengan penerapan hukuman kebiri kimia.
Pemerintah Italia makin dekat dengan penerapan hukuman kebiri kimia. bymuratdeniz

Parapuan.co - Italia tengah menjadi sorotan dunia internasional setelah mengumumkan langkah awal menuju legalisasi kebiri kimia bagi pelaku pemerkosaan dan pedofilia. Di bawah kepemimpinan Perdana Menteri Giorgia Meloni, pemerintah sayap kanan Italia menyetujui pembentukan komite parlemen yang akan menyusun rancangan undang-undang untuk memperkenalkan kebiri kimia secara sukarela dan bersifat reversibel.

Kebijakan ini menuai dukungan dari sebagian kalangan, terutama mereka yang menuntut keadilan bagi korban kekerasan seksual. Namun di sisi lain, berbagai kelompok oposisi dan pengamat hukum mengecam langkah ini sebagai bentuk hukuman yang ekstrem dan berpotensi melanggar hak asasi manusia.

Rencana penerapan hukum kebiri kimia ini sudah ada sejak 2019, dan pernah ditolak oleh Carlo Nordio, yang kini menjabat sebagai menteri di kabinet Giorgia Meloni. Bagaimana perjalanan hukum kebiri kimia hingga kini? Simak uraiannya yang dikutip dari Politico.eu berikut ini!

Apa Itu Kebiri Kimia?

Kebiri kimia adalah bentuk penanganan medis yang melibatkan pemberian obat-obatan yang menekan produksi hormon androgen, terutama testosteron, guna menurunkan dorongan seksual pada individu. Tidak seperti kebiri fisik, metode ini tidak melibatkan prosedur pembedahan dan bersifat sementara.

Dalam konteks rencana kebijakan Italia, pengobatan ini akan ditawarkan kepada terpidana pelaku kekerasan seksual sebagai syarat pengurangan hukuman. Artinya, pelaku bisa menerima hukuman yang lebih ringan jika bersedia menjalani pengobatan hormonal tersebut secara sukarela.

Pemerintah Giorgia Meloni Ingin Tampil Tegas soal Keamanan

Sejak memegang kekuasaan pada tahun 2022, pemerintahan Giorgia Meloni memang menunjukkan komitmen kuat terhadap isu keamanan dan penegakan hukum. Dalam beberapa bulan terakhir, Meloni bahkan menyatakan bahwa keamanan akan menjadi “prioritas” pemerintahannya.

Langkah terbaru ini diyakini sebagai bagian dari strategi tersebut, terutama setelah terjadinya pemerkosaan brutal terhadap dua sepupu di bawah umur di kota Caivano, pinggiran Napoli. Kota ini sejak lama dikenal sebagai kawasan kumuh yang rawan kriminalitas. Meloni turun langsung untuk memimpin revitalisasi wilayah tersebut, menjadikannya simbol upaya pemerintah memberantas kekerasan seksual dan kejahatan terorganisir.

Baca Juga: Termasuk Pelecehan Seksual terhadap Anak, Apa Beda Child Grooming dan Pedofil?

Dukungan dari Sayap Kanan dan Liga

Partai Liga yang merupakan bagian dari koalisi pemerintah sayap kanan menjadi pihak pengusul utama rencana kebiri kimia ini. Matteo Salvini, pemimpin Liga sekaligus Wakil Perdana Menteri, secara terbuka menyambut keputusan parlemen untuk membentuk komite hukum tersebut.

"Ini kemenangan bagi Liga! … Sebuah langkah penting dalam perjuangan historis kami untuk keadilan dan akal sehat: nol toleransi bagi pemerkosa dan pedofil," tulis Salvini di platform X (dulu Twitter).

Liga telah lama mengampanyekan penerapan kebiri kimia sebagai bentuk hukuman alternatif terhadap pelaku kekerasan seksual berat, dengan alasan untuk melindungi masyarakat dari residivisme.

Kritik Tajam: “Kembali ke Abad Pertengahan”

Namun, reaksi keras datang dari berbagai kalangan oposisi dan organisasi HAM. Simona Bonafè dari Partai Demokratik menilai kebijakan tersebut inkonstitusional dan mengancam prinsip dasar sistem hukum Italia.

"Ini inkonstitusional dan merusak dasar sistem hukum kita yang sudah meninggalkan hukuman fisik sejak berabad-abad lalu," tegas Simona Bonafè dalam pernyataannya.

Kritik yang sama juga datang dari Enrico Borghi, politisi partai sentris Italia Viva. Dalam unggahannya di media sosial, ia menulis sinis: “Apa selanjutnya? Dilumuri ter dan bulu ayam, atau digantung dengan tali dan sabun?” Ungkapan tersebut menyindir kembalinya semangat hukuman brutal yang dulu pernah diterapkan di masa lalu.

Sementara itu, Menteri Kehakiman saat ini, Carlo Nordio, yang kini berada dalam kabinet Meloni, diketahui pernah menolak usulan serupa sebelum menjabat. Ia menyebutnya sebagai “kembali ke zaman kegelapan.”

Baca Juga: Hari Penghapusan Kekerasan Seksual dalam Konflik, Langkah Memutus Siklus Kekejaman

Kekhawatiran dari Sisi Kesehatan dan Etika

Selain aspek hukum, kebiri kimia juga dipersoalkan dari sisi medis dan etis. Beberapa ahli memperingatkan bahwa penggunaan obat penekan hormon bisa menimbulkan efek samping serius, baik secara fisik maupun psikologis. Masalah seperti osteoporosis, gangguan metabolik, depresi, hingga kehilangan identitas diri bisa muncul akibat ketidakseimbangan hormon jangka panjang.

Kelompok feminis juga menolak kebijakan ini karena dianggap menyederhanakan penyebab kekerasan seksual hanya pada dorongan seksual yang tidak terkendali. Mereka menilai penyebab utama pemerkosaan adalah faktor budaya, kekuasaan, dan patriarki yang belum terselesaikan.

"Dengan mengandalkan pengobatan hormon, negara seolah menutup mata dari akar masalah sebenarnya," ujar seorang aktivis perempuan dikutip Politico.eu. "Solusi jangka panjang seharusnya melalui edukasi gender, pemulihan korban, dan reformasi budaya kekerasan."

Apakah Ini Solusi atau Ancaman Bagi Hukum Modern?

Meskipun beberapa negara seperti Polandia, Rusia, dan beberapa negara bagian di Amerika Serikat telah menerapkan kebiri kimia secara wajib bagi pelaku kejahatan seksual tertentu, efektivitasnya masih diperdebatkan. Tidak sedikit penelitian yang menunjukkan bahwa tanpa dukungan terapi psikologis dan reintegrasi sosial, kemungkinan residivisme tetap tinggi.

Dalam konteks Italia, yang memiliki sistem hukum berbasis pada prinsip rehabilitasi dan martabat manusia, wacana kebiri kimia menjadi perdebatan serius. Sebagian pihak menyebutnya sebagai bentuk “hukuman yang dibungkus medis”, sementara yang lain menganggapnya upaya perlindungan yang sah.

Italia kini berada di persimpangan antara memperkuat sistem hukum yang tegas terhadap pelaku kejahatan seksual dan mempertahankan prinsip-prinsip keadilan modern yang menolak kekerasan sebagai balasan atas kekerasan. Komite yang dibentuk akan menjadi kunci untuk merumuskan apakah rencana kebiri kimia akan dilanjutkan menjadi undang-undang atau ditinggalkan sebagai ide kontroversial yang gagal disahkan.

Yang pasti, keputusan akhir nantinya tidak hanya akan berdampak pada sistem hukum nasional, tetapi juga akan mencerminkan arah moral, etika, dan kemanusiaan yang ingin dijalankan Italia di era modern.

Baca Juga: Kenapa Figur Panutan Justru Rentan Jadi Pelaku Kekerasan Seksual?

(*)

Sumber: Politico
Penulis:
Editor: Arintha Widya