Baca Juga: Hari Penghapusan Kekerasan Seksual dalam Konflik, Langkah Memutus Siklus Kekejaman
Kekhawatiran dari Sisi Kesehatan dan Etika
Selain aspek hukum, kebiri kimia juga dipersoalkan dari sisi medis dan etis. Beberapa ahli memperingatkan bahwa penggunaan obat penekan hormon bisa menimbulkan efek samping serius, baik secara fisik maupun psikologis. Masalah seperti osteoporosis, gangguan metabolik, depresi, hingga kehilangan identitas diri bisa muncul akibat ketidakseimbangan hormon jangka panjang.
Kelompok feminis juga menolak kebijakan ini karena dianggap menyederhanakan penyebab kekerasan seksual hanya pada dorongan seksual yang tidak terkendali. Mereka menilai penyebab utama pemerkosaan adalah faktor budaya, kekuasaan, dan patriarki yang belum terselesaikan.
"Dengan mengandalkan pengobatan hormon, negara seolah menutup mata dari akar masalah sebenarnya," ujar seorang aktivis perempuan dikutip Politico.eu. "Solusi jangka panjang seharusnya melalui edukasi gender, pemulihan korban, dan reformasi budaya kekerasan."
Apakah Ini Solusi atau Ancaman Bagi Hukum Modern?
Meskipun beberapa negara seperti Polandia, Rusia, dan beberapa negara bagian di Amerika Serikat telah menerapkan kebiri kimia secara wajib bagi pelaku kejahatan seksual tertentu, efektivitasnya masih diperdebatkan. Tidak sedikit penelitian yang menunjukkan bahwa tanpa dukungan terapi psikologis dan reintegrasi sosial, kemungkinan residivisme tetap tinggi.
Dalam konteks Italia, yang memiliki sistem hukum berbasis pada prinsip rehabilitasi dan martabat manusia, wacana kebiri kimia menjadi perdebatan serius. Sebagian pihak menyebutnya sebagai bentuk “hukuman yang dibungkus medis”, sementara yang lain menganggapnya upaya perlindungan yang sah.
Italia kini berada di persimpangan antara memperkuat sistem hukum yang tegas terhadap pelaku kejahatan seksual dan mempertahankan prinsip-prinsip keadilan modern yang menolak kekerasan sebagai balasan atas kekerasan. Komite yang dibentuk akan menjadi kunci untuk merumuskan apakah rencana kebiri kimia akan dilanjutkan menjadi undang-undang atau ditinggalkan sebagai ide kontroversial yang gagal disahkan.
Yang pasti, keputusan akhir nantinya tidak hanya akan berdampak pada sistem hukum nasional, tetapi juga akan mencerminkan arah moral, etika, dan kemanusiaan yang ingin dijalankan Italia di era modern.
Baca Juga: Kenapa Figur Panutan Justru Rentan Jadi Pelaku Kekerasan Seksual?
(*)