Parapuan.co - Ketika anak mulai memasuki usia praremaja, perubahan tubuh bisa datang seperti badai, tiba-tiba, tak terduga, dan sering kali membingungkan. Mulai dari keringat berlebih, bau badan, jerawat di punggung, hingga tumbuhnya rambut tubuh, membuat banyak anak praremaja yang sedang puber merasa tak nyaman dengan diri mereka sendiri.
Namun, masa ini sebenarnya adalah momen penting bagi orang tua untuk hadir bukan sebagai "pengoreksi", melainkan sebagai pendamping yang memberdayakan. Orang tua bisa mendampingi anak praremaja merawat tubuh mereka saat terjadi berbagai perubahan fisik di masa pubertas tersebut.
Lantas, apa yang bisa orang tua lakukan untuk mendampingi anak praremaja di masa-masa ini? Simak informasi yang dirangkum dari Today's Parent di bawah ini!
Memahami Perubahan Tubuh: Dari Keringat Hingga Jerawat
Menurut Dr. Akash Sinha, dokter spesialis endokrin anak di Abbotsford Regional Hospital, pubertas biasanya dimulai antara usia delapan hingga empat belas tahun. "Masa pubertas adalah waktu perubahan besar, dan perubahan kebersihan tubuh sering kali jadi hal pertama yang disadari anak dan orang tua," jelasnya.
Salah satu tanda awal yang sering muncul adalah peningkatan produksi keringat, terutama di area ketiak, selangkangan, dan kaki. Keringat yang bercampur dengan bakteri kulit dapat menghasilkan bau tak sedap.
"Perubahan ini berkaitan dengan kelenjar apokrin yang lebih aktif dan perubahan flora kulit," ujar Dr. Renée A. Beach, seorang dokter kulit. Selain itu, peningkatan produksi minyak di kulit akibat hormon bisa menyebabkan jerawat di wajah, dada, dan punggung (dikenal sebagai bacne).
Tumbuhnya rambut tubuh juga menjadi bagian dari proses ini. Rambut menahan kelembapan dan menciptakan lebih banyak area bagi bakteri berkembang, yang memperparah bau badan. Perubahan-perubahan ini bisa terasa memalukan bagi anak, padahal sebenarnya sangat normal.
Deodoran, Jerawat, dan Rutinitas Harian
Baca Juga: 11 Cara Atasi Bekas Jerawat Sesuai Jenisnya, Perempuan Wajib Tahu!
Banyak anak mulai mengalami bau badan antara usia delapan hingga tiga belas tahun. Saat inilah orang tua bisa memperkenalkan penggunaan deodoran. "Sampaikan bahwa memakai deodoran bukan hukuman, tapi bagian dari proses tumbuh dewasa," saran Dr. Beach.
Biarkan anak memilih aroma atau bentuk deodoran yang mereka sukai agar mereka merasa punya kendali. Jika anak tidak ingin memakai deodoran? Tak perlu memaksa.
Menurut konselor keluarga Alyson Schafer, "Kadang, orang yang akan membuat anak sadar bukan orang tua atau dokter gigi, tapi gadis yang ingin mereka cium. Sedikit rasa malu dari teman sebaya bisa jadi dorongan besar untuk menjaga kebersihan."
Untuk jerawat tubuh, sarannya sederhana, yakni mandi secara teratur, gunakan sabun, dan bilas rambut dengan benar. Jika jerawat tidak membaik, bisa gunakan produk OTC (over-the-counter) dengan kandungan asam salisilat atau benzoyl peroxide. Jika jerawat parah dan meninggalkan bekas, saatnya konsultasi ke dokter.
Perawatan Tubuh yang Lebih Kompleks dari Sebelumnya
Produk perawatan anak sebelum pubertas seperti sabun wangi atau bubble bath tidak lagi cukup. Anak perlu sabun batang atau body wash dengan kandungan aktif seperti tea tree oil atau clay untuk mengatasi minyak berlebih.
"Kulit yang terlalu kering justru bisa memicu produksi minyak berlebih," ujar Dr. Beach, jadi penting memilih formula yang lembut tapi efektif. Setelah mandi, bantu anak membiasakan diri memakai pelembap ringan tanpa pewangi.
Selain itu, sun protection adalah hal yang tak boleh terlewat. "Sunscreen hanya sebaik cara kita memakainya,” kata Dr. Beach. UPF clothing atau pakaian dengan perlindungan UV juga sangat dianjurkan.
Rutinitas Kebersihan dan Edukasi yang Realistis
Baca Juga: Seperti Film Tiger Stripes, Ini Ciri-Ciri Pubertas pada Anak Perempuan
Dr. Sinha menegaskan pentingnya konsistensi. "Anak sebaiknya mandi setiap hari, apalagi setelah olahraga. Gunakan sabun lembut, dan beri perhatian ekstra pada ketiak, selangkangan, dan kaki. Cuci muka dua kali sehari jika mulai muncul jerawat," ungkapnya.
Ia juga mengingatkan agar tidak melupakan area tersembunyi seperti belakang telinga, pusar, dan bawah kuku. "Kebiasaan kecil ini membantu mencegah infeksi dan membangun dasar perawatan diri yang baik," jelasnya lagi.
Hubungan antara Kebersihan, Percaya Diri, dan Harga Diri
Merasa bersih dan segar bukan hanya soal kesehatan fisik, tapi juga memengaruhi kesehatan mental dan sosial anak. "Kalau anak merasa malu karena bau badan atau jerawat dan tidak tahu cara menghadapinya, hal itu bisa berdampak besar pada rasa percaya diri mereka," kata Dr. Sinha.
Sebaliknya, saat mereka belajar merawat tubuhnya yang berubah, mereka merasa lebih berdaya dan dihargai. "Ini bukan sekadar soal tetap bersih—ini soal membantu anak merasa nyaman dalam tubuhnya sendiri."
Bangun Percakapan, Bukan Ceramah
Pembicaraan soal tubuh tidak harus selalu serius atau canggung. "Bicara soal tubuh bisa dimulai sejak dini, bahkan sebelum pubertas," tutur Schafer. Caranya? Anggap saja seperti bicara tentang jenis makanan atau planet—netral, informatif, dan penuh rasa ingin tahu.
Jika anak sudah terlanjur beranjak praremaja, mulailah dari hal sederhana mencakup kebersihan kaki, kuku, atau rambut. Lalu, perlahan naik ke topik yang lebih sensitif.
Terakhir, jangan biarkan anak mencari informasi sendiri tanpa panduan. "Kadang mereka malu bertanya ke orang tua, jadi penting memberi tahu mereka siapa saja yang bisa dipercaya," kata Schafer.
Bagi anak praremaja, menjaga kebersihan tubuh bukan hanya keharusan, tapi bagian dari proses menjadi lebih mandiri. Orang tua sebaiknya hadir bukan untuk menyalahkan atau mengontrol, tapi sebagai mitra yang membimbing. Karena pada akhirnya, perawatan tubuh adalah kunci anak merasa percaya diri, nyaman, dan bangga pada dirinya sendiri.
Baca Juga: SMP Jadi Masa Transisi, Ini 7 Tips Mengasuh Anak Praremaja Menuju Remaja
(*)