Kenapa Ini Termasuk Mansplaining?
- Pasangan laki-laki mengabaikan keahlian pasangannya.
- Ia menjelaskan hal yang sudah jelas bagi si perempuan, seolah-olah ia tidak paham.
- Nada dan isi penjelasannya bersifat merendahkan dan menggurui, tanpa bertanya dulu seberapa jauh pemahaman si perempuan.
Situasi 2: Pasangan mau mengajakmu bertemu dengan orang tuanya, tetapi meminta dan mengatur bagaimana caramu berpakaian, berbicara, mengajarkanmu menjawab pertanyaan jika ditanya tentang topik-topik tertentu, dan sebagainya.
Ini bisa termasuk mansplaining karena ia tidak menghargaimu sebagai individu dan hanya ingin terlihat baik di depan keluarganya jika kamu hadir sesuai keinginannya. Mestinya, pasangan yang tepat tidak melakukan itu karena percaya kamu bisa menempatkan diri ketika diajak bertemu keluarganya.
Dampak pada Keberdayaan Perempuan
Perempuan yang mengalami mansplaining terus-menerus berisiko kehilangan rasa percaya dirinya. Penjelasan yang merendahkan ini bisa membuat perempuan merasa perlu mempertanyakan kemampuan dirinya sendiri, atau enggan lagi bersuara dalam diskusi penting.
Mansplaining juga memperkuat stereotip bahwa laki-laki lebih cakap atau layak didengarkan dibanding perempuan. Akibatnya, kontribusi perempuan dalam ruang publik maupun profesional sering kali diabaikan atau diremehkan.
Mansplaining Bisa Terjadi di Mana Saja
Fenomena ini tidak hanya terjadi di ruang kerja atau akademik. Dalam lingkup keluarga, komunitas, bahkan percakapan santai, perempuan sering menghadapi interupsi, koreksi sepihak, atau dijelaskan sesuatu yang mereka sudah pahami. Dalam banyak kasus, laki-laki yang melakukannya tidak sadar bahwa mereka sedang merendahkan.
Ironisnya, ketika perempuan mencoba menanggapi perilaku tersebut, mereka justru kerap dianggap “sensitif” atau “berlebihan”. Ini mencerminkan bagaimana seksisme halus masih melekat dalam interaksi sehari-hari.