Baca Juga: Perempuan Berdaya Disebut Bisa Jalin Hubungan Romantis yang Lebih 'Sehat', Kenapa?
Tidak Hanya Dilakukan oleh Laki-Laki
Walau istilah mansplaining mengacu pada laki-laki terhadap perempuan, penelitian menunjukkan bahwa siapa pun bisa melakukannya, tergantung pada posisi sosial dan dinamika kekuasaan. Artinya, perilaku meremehkan ini bisa dilakukan oleh siapa saja yang merasa memiliki otoritas lebih tinggi terhadap orang lain yang dianggapnya kurang berpengetahuan.
Namun, dalam konteks gender, perempuan—terutama perempuan kulit berwarna, queer, penyandang disabilitas, atau dari kelompok marjinal lainnya—lebih rentan menjadi sasaran. Mereka menghadapi double marginalization, yaitu dianggap tak cakap karena gendernya, dan diremehkan karena identitas lainnya.
Membangun Kemandirian, Menolak Mansplaining
Mansplaining bukan hanya soal kata-kata, tapi tentang kekuasaan dan siapa yang punya ruang untuk didengar. Ketika perempuan terus-menerus dipotong, dikoreksi, atau dijelaskan sesuatu tanpa diminta, mereka tidak hanya kehilangan suara—mereka kehilangan ruang untuk berkembang.
Untuk melawan ini, kita perlu:
- Menyadari dinamika kekuasaan dalam setiap percakapan.
- Memberi ruang bagi perempuan untuk menyuarakan pendapatnya tanpa interupsi.
- Membiasakan mendengarkan, bukan hanya menjelaskan.
- Menghargai keahlian dan pengalaman perempuan, tanpa merasa harus selalu mengoreksi.
Membangun keberdayaan perempuan bukan hanya soal pemberian akses dan kesempatan, tapi juga menghapus hambatan-hambatan halus yang sering tak terlihat. Mansplaining adalah salah satu bentuk kekerasan simbolik yang perlu kita sadari dan hentikan.
Karena ketika perempuan diberi ruang untuk menyuarakan pemikirannya tanpa direndahkan, mereka bisa menunjukkan kapasitas luar biasa yang selama ini mungkin tertutupi oleh bias dan keraguan yang bukan milik mereka—melainkan ditanamkan oleh masyarakat.
Merdeka bukan berarti bebas dari perdebatan. Tapi merdeka berarti dipercaya cukup cakap untuk ikut berdiskusi—tanpa perlu dijelaskan ulang seolah tak mengerti.
Baca Juga: 3 Tantangan Perempuan Mandiri Ketika Menjalin Hubungan Asmara
(*)