Berkaca dari Tragedi Guava Shuishui, Ini Bahaya Jika Kandungan Kosmetik Tertelan

Arintha Widya - Kamis, 12 Juni 2025
Influencer Guava Beauty meninggal dunia, apakah karena memakan kosmetik?
Influencer Guava Beauty meninggal dunia, apakah karena memakan kosmetik? Instagram @guava_beauty_

Dalam praktiknya, industri kosmetik sangat bergantung pada pengaturan internal atau "pengawasan mandiri" yang terbukti sangat longgar. Hingga kini, dari lebih dari 10.000 bahan kimia yang digunakan dalam kosmetik, hanya 11 yang dilarang oleh FDA. Sebaliknya, Uni Eropa telah melarang lebih dari 1.400 bahan kimia berbahaya dari produk kosmetik.

Risiko Tertelan: Lebih dari Sekadar Ketidaksengajaan

Kebiasaan mencicipi atau menelan kosmetik, baik disengaja maupun tidak, dapat menimbulkan efek serius. Saat bahan kimia seperti ftalat atau formaldehida masuk ke dalam tubuh melalui saluran pencernaan, dampaknya bisa lebih parah dibanding hanya kontak kulit.

Efeknya mencakup kerusakan organ dalam, gangguan hormon, hingga risiko kanker jangka panjang. Guava Shuishui mungkin tidak menyadari bahaya fatal dari aksinya yang ia anggap sebagai konten hiburan.

Namun peristiwa ini membuka mata publik bahwa tren viral tanpa dasar keamanan bisa membahayakan diri sendiri, dan orang lain yang menirunya.

Tragedi Shuishui menyoroti kebutuhan mendesak akan regulasi kosmetik yang lebih ketat serta edukasi publik. Konsumen perlu lebih kritis dalam memilih produk, membaca label, serta tidak sembarangan menggunakan (apalagi menelan) produk kecantikan.

Jika penggunaan luar saja bisa berisiko, apalagi jika masuk ke dalam tubuh. Maka, penting untuk menyadari bahwa kosmetik bukan makanan, dan tidak pernah dirancang untuk dikonsumsi.

Tren kecantikan seharusnya mengedepankan kesehatan, bukan mempertaruhkan nyawa demi konten.

Tragedi Guava Shuishui bukan hanya kisah sedih seorang influencer, melainkan alarm keras bagi seluruh dunia tentang bahaya laten di balik kilau industri kosmetik.

Baca Juga: Mengenal Kandungan Hidrokuinon pada Kosmetik dan Efek Sampingnya

(*)

Sumber: ewg.org
Penulis:
Editor: Arintha Widya