Parapuan.co - Persaingan ketat untuk mendapatkan pekerjaan tidak hanya terjadi di Indonesia, tapi juga China (Tiongkok). Di tengah ketatnya persaingan dunia kerja dan tekanan akademik yang luar biasa di China, muncul sebuah istilah yang kini merepresentasikan gaya hidup anak muda yang memilih mundur dari "perlombaan tikus" atau rat race. Mereka menyebut diri sebagai rat people atau lao shu ren, yang artinya manusia tikus.
Fenomena ini bukan sekadar lelucon internet. Di balik candaan dan konten vlog lucu, tersimpan realita getir tentang beban hidup generasi muda China, terutama dari kalangan Gen Z dan milenial.
Bagaimana fenomena ini terjadi dan seperti apa ketatnya persaingan kerja anak muda di China? Simak informasi lengkapnya sebagaimana merangkum Channel News Asia di bawah ini!
Gaya Hidup Ala Tikus, Simbol Perlawanan dalam Diam
Mereka yang mengidentifikasi diri sebagai rat people alias "manusia tikus" biasanya menjalani hidup yang tertutup, lebih aktif di malam hari, dan sering menghabiskan waktu hanya di kamar. Mereka bangun siang, makan sekali sehari, dan kembali ke siklus antara tempat tidur, makanan, serta ponsel hingga larut malam.
"Saya bangun siang, tirai kamar saya selalu tertutup karena terlalu terang. Tikus butuh lingkungan yang redup untuk bertahan," kata Pu Yiqin, mahasiswi Tiongkok yang tengah menempuh studi magister di London, dalam sebuah wawancara dengan CNA. Ia mengunggah rutinitas harian sebagai rat person di aplikasi Xiaohongshu, dengan gaya humoris tapi menyentil kenyataan hidup.
Bagi banyak pemuda, memilih menjadi rat person adalah bentuk perlawanan pasif terhadap budaya hustle yang menuntut efisiensi dan produktivitas tanpa henti. Mereka lelah dengan ekspektasi tinggi dan kompetisi brutal yang mereka hadapi sejak bangku sekolah.
Tekanan yang Tak Seimbang antara Banyak Belajar, Sedikit Hasil
China tengah menghadapi situasi pelik di mana angka pengangguran usia muda mencapai 15,8 persen pada April 2025. Ini memang turun dibandingkan tahun lalu, namun masih sangat tinggi. Di sisi lain, tahun ini mencatat rekor 12,22 juta lulusan perguruan tinggi, melonjak signifikan dari 9 juta pada 2021.
Baca Juga: Lowongan Kerja di Tengah Badai PHK, 10 Strategi agar Kamu Tetap Punya Peluang
"(Mereka) sudah bekerja keras, tapi tetap saja ada tekanan. Semua orang bersaing mati-matian dan sebagian mulai merasa tidak ada harapan, karena kompetisinya begitu sengit. Jadi, untuk apa?" ujar Prof. Kuang Xianwen dari Xi’an Jiaotong-Liverpool University.
Ketimpangan antara jumlah lulusan dan lapangan kerja yang tersedia membuat banyak anak muda merasa perjuangan mereka sia-sia. Sehingga tak sedikit yang memilih jalan "tang ping" atau "berbaring saja", tren malas produktif yang sudah lebih dulu viral. Rat people adalah versi baru dari tang ping, lebih suram tapi juga lebih jujur.
"Ini bentuk menyerah pada kompetisi sosial. Saya tidak mau mendaki tangga kesuksesan. Saya akan gunakan energi saya di malam hari, di internet. Peran saya di masyarakat hanya sekadar eksis seperti mesin," kata Yuan Yuan, dosen di XJTLU.
Humor Gelap sebagai Pelindung Jiwa
Fenomena "menusia tikus" juga menjadi bentuk zi hei—konsep humor gelap ala Tiongkok yang berarti merendahkan diri sendiri sebagai bentuk perlindungan mental. Dalam menghadapi tekanan sosial yang begitu besar, anak muda Tiongkok menggunakan humor sebagai jalan untuk tetap waras dan saling menguatkan.
"Mungkin ini juga karena tekanan besar yang dihadapi anak muda. Mereka menikmati humor seperti ini sebagai cara untuk membandingkan diri mereka dengan cara yang lucu," ucap Pu. Namun, jangan anggap enteng mereka yang memilih menjadi rat people. Di balik tirai yang tertutup dan rutinitas menyendiri, tetap ada upaya untuk bertahan.
"Istilah ini juga menggambarkan seseorang yang merayap dalam kegelapan, tapi tetap berusaha keras," ujar Pu. "Banyak dari kami mungkin hidup di lingkungan yang tidak mendukung, tapi kami tetap berusaha menyelesaikan apa pun yang harus diselesaikan."
Cerminan Krisis Lebih Besar
Fenomena ini adalah potret dari sebuah generasi yang merasa terjebak dalam sistem yang tidak berpihak. Di saat mereka dituntut untuk terus mengejar prestasi, realitas di lapangan sering kali tidak memberikan ruang bagi mereka untuk berkembang.
Baca Juga: Jarang Disorot, Bagaimana Nasib Generasi X di Tengah Persaingan Kerja Milenial dan Z?
Pemerintah Tiongkok sendiri telah mengakui adanya ketidaksesuaian antara permintaan dan ketersediaan tenaga kerja. Namun, selama sistem pendidikan dan dunia kerja masih berfokus pada produktivitas ekstrem dan angka, kemungkinan besar akan semakin banyak anak muda yang memilih menjadi rat people—bukan karena mereka malas, tetapi karena mereka kelelahan.
Dalam komentar yang populer di sebuah vlog rat person, seseorang menulis:
"Kami lelah dengan gaya hidup cepat dan efisien yang dipaksakan kepada kami. Kami hanya ingin kebebasan untuk rebahan kapan dan di mana pun kami mau."
Sebuah sindiran tajam untuk sistem, sekaligus jeritan lirih generasi yang mendamba hidup lebih manusiawi.
(*)