Parapuan.co - Di tengah derasnya arus Revolusi Industri 4.0, Lee Gil-Ya tampil sebagai sosok perempuan inspiratif yang menempatkan nilai-nilai kemanusiaan dan visi jangka panjang sebagai fondasi dari setiap langkahnya. Nama Lee Gil-Ya mendadak jadi perbincangan netizen di Tanah Air usai diketahui usianya ternyata tidak seperti penampilan luarnya.
Lee Gil-Ya mencuri perhatian karena masih terlihat aktif, bugar, dan energik di usia 93 tahun. Melihat perempuan kelahiran 1932 ini masih menjabat rektor di Universitas Gachon (Gachon University), tentu Kawan Puan bertanya-tanya sejauh mana kiprahnya setelah berkarier selama puluhan tahun.
Sebagai Rektor Gachon University, ia telah memimpin institusi pendidikan dengan pendekatan inovatif, menjadikannya pionir dalam menciptakan sistem pembelajaran yang adaptif terhadap era digital dan industri masa depan.
Karier panjangnya bukan hanya mencerminkan kesuksesan pribadi, tetapi juga membuka jalan bagi banyak perempuan untuk percaya pada kekuatan mereka dalam memimpin perubahan. Yuk, kenali Lee Gil-Ya lebih dari informasi yang merangkum laman resmi Gachon University di gachon.ac.kr di bawah ini!
Dari Klinik Sederhana Menuju Jejak Abadi di Dunia Medis
Perjalanan Lee Gil-Ya dimulai dari tempat yang sangat sederhana. Pada tahun 1958, ia membuka sebuah klinik kebidanan, sebuah langkah awal yang menunjukkan keberaniannya menembus dominasi laki-laki di dunia medis.
Dengan penuh dedikasi, ia membangun relasi yang erat dengan pasien-pasiennya, menjadikan layanan kesehatan sebagai ruang empati dan pemberdayaan.
Klinik itu kemudian menjadi cikal bakal Gil Medical Foundation yang ia dirikan dua dekade kemudian, pada tahun 1978—sebuah institusi medis ternama yang hingga kini memberikan kontribusi besar bagi kesehatan masyarakat Korea.
Mendirikan Gachon University: Kampus Inovasi untuk Generasi Masa Depan
Baca Juga: Kiprah Jeanne Shaheen, Perempuan Pertama di AS dengan Jabatan Ganda: Gubernur dan Senator
Tak berhenti di bidang medis, Lee Gil-Ya melangkah lebih jauh dengan merintis Gachon Medical University pada tahun 1998, yang kemudian berkembang menjadi Gachon University—sebuah institusi pendidikan unggulan yang ia satukan dan pimpin sejak tahun 2012.
Di bawah kepemimpinannya, Gachon University tampil sebagai pelopor dalam pendidikan berbasis teknologi tinggi, sejalan dengan tuntutan era Revolusi Industri 4.0. Ia tidak hanya memperkuat kurikulum dalam industri masa depan seperti teknologi informasi, sains, dan kedokteran, tetapi juga menanamkan nilai-nilai global agar para lulusannya mampu bersaing di panggung internasional.
Aktivis Sosial dan Budaya yang Konsisten Melayani
Bagi Lee Gil-Ya, pendidikan dan kesehatan bukan satu-satunya bidang pengabdian. Ia juga seorang aktivis sosial yang mendirikan berbagai organisasi demi memajukan masyarakat secara holistik. Pada tahun 1991, ia mendirikan Gachon Cultural Foundation, lalu menginisiasi Find New Life Movement Headquarters—gerakan sosial yang fokus pada kesejahteraan dan kualitas hidup masyarakat.
Ia juga memimpin Gachon Michuhol Youth Volunteer Group, menggerakkan para pemuda untuk terlibat aktif dalam kegiatan sosial dan kemanusiaan. Kiprahnya ini menegaskan bahwa kepemimpinan sejati tidak hanya soal pencapaian pribadi, melainkan juga tentang mengangkat kehidupan orang lain.
Mewakili Suara Perempuan di Panggung Nasional dan Internasional
Komitmen Lee Gil-Ya dalam memperjuangkan hak dan peran perempuan terlihat jelas sejak ia menjadi Ketua Korean Medical Women’s Association pada tahun 1982. Ia mengadvokasi kesetaraan di dunia medis dan memperjuangkan agar perempuan mendapat akses dan peluang yang setara.
Puncaknya, ia menjadi perwakilan pemerintah Korea dalam Konvensi Perempuan PBB tahun 1985 di Kenya, memperjuangkan isu-isu perempuan di tingkat global. Pengalaman ini memperkuat misinya untuk terus mendorong kehadiran perempuan dalam pengambilan kebijakan dan posisi strategis.
Teladan Kepemimpinan yang Menyentuh Banyak Aspek
Baca Juga: Rosleri Yanti: Pemimpin Perempuan yang Menyatukan Hati, Tim, dan Misi Kesetaraan
Dalam kurun waktu lebih dari enam dekade, Lee Gil-Ya telah menjabat di lebih dari 30 posisi penting—mulai dari Chairman Kyungwon Academy, Chairman Korean Hansen Welfare Association, hingga anggota kehormatan National Academy of Medicine of Korea.
Ia juga menjadi anggota berbagai komite nasional, termasuk sebagai anggota tetap National Unification Advisory Council. Semua peran itu dijalaninya dengan dedikasi tinggi dan keberanian untuk membuat keputusan besar, terutama yang berkaitan dengan pendidikan, kesehatan, dan kebijakan sosial.
Sumber Inspirasi Bagi Generasi Perempuan Masa Kini
Lee Gil-Ya adalah contoh hidup dari ketekunan, keberanian, dan cinta pada sesama. Dari membuka klinik kecil di tahun 1958 hingga memimpin universitas global yang membentuk pemimpin masa depan, ia menunjukkan bahwa menjadi perempuan tidak membatasi langkah untuk membuat perubahan besar.
Ia adalah panutan bahwa kepemimpinan perempuan bisa berakar kuat pada empati, namun tetap tegas dan strategis dalam membuat keputusan.
Melalui hidup dan karyanya, Lee Gil-Ya menginspirasi perempuan dari segala usia untuk tidak takut bermimpi besar, untuk berani mengambil peran penting, dan untuk terus belajar dan memberi manfaat bagi banyak orang.
Ia bukan hanya pemimpin institusi—tetapi pemimpin peradaban yang mengakar pada nilai-nilai kemanusiaan. Semoga kisahnya menginspirasi!
Baca Juga: Sosok Rahayu Oktaviani yang Raih Penghargaan karena Pelestarian Owa Jawa
(*)