Berkaca dari Drama Korea Pyramid Game, Bullying Berawal dari Rumah dan Keluarga

Rizka Rachmania - Senin, 11 Maret 2024
Drama Korea Pyramid Game (2024) menunjukkan bahwa bullying, baik itu pelaku maupun korban, semua berawal dari keluarga dan rumah.
Drama Korea Pyramid Game (2024) menunjukkan bahwa bullying, baik itu pelaku maupun korban, semua berawal dari keluarga dan rumah. Dok. Viu Indonesia

"Biasanya anak-anak yang jadi target itu anak yang nggak percaya diri, yang pencemas, panikan, terus yang penakut, kemudian yang anak berkebutuhan khusus, anak-anak yang seperti ini cenderung potensial, berisiko untuk jadi korban, jadi sasaran targetnya si pem-bully," paparnya.

Dalam drama Korea Pyramid Game, anak dengan kriteria seperti yang disebutkan Irma memang ditampilkan sebagai korban bullying di sekolahnya tersebut.

Mereka adalah Myung Ja Eun (Ryu Da In) dan Pyo Ji Ae (Kim Se Hee), korban perundungan yang tidak bisa melawan pelaku, dan hanya bisa pasrah saja menerima perlakuan buruk dari teman sekelasnya.

Myun Ja Eun dan Pyo Ji Ae pun digambarkan sebagai anak yang pemalu, pendiam, dan penakut tidak berani melawan, sehingga makin jadi bulan-bulanan temannya, pelaku perundungan.

Apa yang Orang Tua Bisa Lakukan

Mengetahui bahwa perundungan bisa berawal dari keluarga terdekat dan rumah, entah itu anak jadi pelaku maupun korban, orang tua bisa melakukan beberapa hal untuk mencegahnya.

Pastinya, diperlukan partisipasi aktif dari orang tua agar anak tidak sampai menjadi pelaku maupun korban perundungan di sekolah.

Sebelum selektif memilih instansi tempat anak disekolahkan dan melihat pergaulan anak-anak di lingkungan sekolah tersebut, orang tua di rumah perlu memastikan bahwa pola asuh di rumah bisa mencegah anak jadi pelaku maupun korban perundungan.

"Keluarga perlu untuk memberikan sistem pengasuhan yang positif, tidak mempraktikan cara-cara kekerasan. Itu sudah pasti harus dihindari," terang Irma.

Di sisi lain, jika Kawan Puan menemukan bahwa anak memiliki ciri-ciri yang riskan membuatnya jadi target bullying, maka perlu ditanamkan kepercayaan diri yang besar pada buah hati.

Tujuannya menurut Irma adalah agar anak bisa berani bilang 'tidak', serta tahu cara membela dirinya jika sampai dirundung oleh teman. Minimal, anak juga tahu caranya melaporkan kasus bullying.

"Jadi kalau kita mengenali anak kita adalah anak yang nggak percaya diri, lalu nanti akan masuk ke lingkungan sekokah yang jumlahnya masif banyak berarti PR-nya adalah meningkatkan kepercaayan diri," ujarnya.

"Sehingga dia di SD, SMP bisa bilang 'enggak'. Dia bisa cari cara membela dirinya atau minimal dia tahu caranya melapor ke siapa," pungkasnya.

Tidak dapat dimungkiri bahwa bullying di sekolah adalah hal yang sangat mungkin terjadi. Sejauh ini, tidak ada satu pun sekolah yang zero bullying atau nol perundungan.

Sudah pasti akan ada bentuk-bentuk perundungan yang dilakukan oleh siswa sekolah, minimal contohnya seperti memanggil temannya dengan julukan atau label yang diberikan.

Oleh karena itu, berkaca dari drama Korea Pyramid Game serta kasus yang terjadi di kehidupan nyata, Kawan Puan bisa membantu agar anak tidak jadi pelaku maupun korban dengan dimulai dari pola asuh yang diterapkan di rumah.

Baca Juga: Berkaca dari Kasus Bullying Binus, Begini Peran Kedua Orang Tua sebagai Teladan Anak

(*)

Penulis:
Editor: Rizka Rachmania