Berkaca dari Drama Korea Pyramid Game, Bullying Berawal dari Rumah dan Keluarga

Rizka Rachmania - Senin, 11 Maret 2024
Drama Korea Pyramid Game (2024) menunjukkan bahwa bullying, baik itu pelaku maupun korban, semua berawal dari keluarga dan rumah.
Drama Korea Pyramid Game (2024) menunjukkan bahwa bullying, baik itu pelaku maupun korban, semua berawal dari keluarga dan rumah. Dok. Viu Indonesia

Parapuan.co - Drama Korea Pyramid Game yang tayang di Viu tahun 2024 punya kisah menarik sekaligus pelajaran penting yang bisa dipetik oleh penonton.

Drama Pyramid Game menceritakan tentang sekelompok remaja SMA di sekolah khusus perempuan di Korea Selatan yang secara rutin melakukan perundungan atau bullying.

Adalah sebuah permainan online di smartphone mereka, bernama Pyramid Game, yang menempatkan siswi di kelas 2-5 SMA Baekyeon pada level tertentu.

Siswi yang berada di level F, posisi paling rendah, karena tidak mendapat suara atau vote dari temannya di kelas, akan menjadi target perundungan selama waktu tertentu.

Permainan Pyramid Game dilakukan secara berkala oleh siswi kelas 2-5 itu, dengan target perundungan yang berbeda-beda, tergantung pada siapa yang berada di level F.

Berawal dari rasa bosan para siswi ini hingga menciptakan permainan Pyramid Game, mereka sebenarnya telah terlena oleh perilaku bullying yang malah jadi pelampiasan dari apa yang mereka rasakan di rumah.

Sebenarnya, sudah banyak drama Korea yang menyoroti tentang kasus bullying di sekolah, contohnya adalah The Glory, Weak Hero Class 1, True Beauty, hingga Wedding Impossible.

Perundungan pun menjadi isu yang disorot oleh masyarakat Indonesia, terbukti dari banyaknya kasus viral tentang bullying yang terjadi di sekolah.

Irma Gustiana Andriani, seorang psikolog, mengatakan bahwa perundungan yang terjadi di sekolah, yang melibatkan anak-anak, entah mereka sebagai pelaku maupun korban, sumbernya bisa jadi dari rumah.

Baca Juga: Sinopsis Drakor Pyramid Game, Upaya Siswi Memberantas Perundungan di Sekolah

Pelaku Bullying adalah Korban di Rumahnya

Anak yang menjadi pelaku bullying sebenarnya bisa jadi merupakan korban kekerasan maupun perundungan di rumahnya. Ia menjadi korban kekerasan orang tuanya atau bisa juga sering melihat kekerasan di rumahnya.

Dalam drama Korea Pyramid Game, Kim Da Yeon (Hwang Hyun Jung), yang ikonik dengan peluitnya saat akan merundung siswi di level F dari kelasnya, sebenarnya adalah korban kekerasan orang tuanya di rumah.

Ayah Kim Da Yeon adalah sosok yang keras, ia tak segan untuk memukul anak perempuannya di rumah jika dirasa telah mengecewakan dirinya atau berbuat salah di sekolah.

Kim Da Yeon juga kerap terpapar oleh kekerasan di rumahnya, ia melihat bagaimana kekerasan fisik seperti memukul kerap dilakukan oleh ayahnya di rumahnya.

Alhasil, ia seolah melampiaskan amarahnya, emosinya, pada teman-teman di sekolahnya yang berada di level F, target perundungan.

"Ternyata memang faktor keluarga itu memberikan kontribusi cukup signifikan terhadap bullying. Kebanyakan karena faktor orang tua yang sangat sibuk, kurang memberikan perhatian atau memang di dalam rumahnya itu terjadi banyak aktivitas bullying," ungkap Irma pada PARAPUAN, Jumat, (8/3/2024).

"Misalnya intimidasi dari ayah pada anak, ancaman dari suami kepada istri, jadi cycle-nya adalah cycle pengalaman buruk yang mereka terima," tambahnya.

Baca Juga: 5 Sinopsis Drakor dengan Isu Bullying di Sekolah, Terbaru Pyramid Game

Lebih jauh, Irma juga menjelaskan bahwa anak yang menjadi pelaku bullying ini kerap melihat ancaman dan kekerasan sebagai hal yang normal karena di rumahnya hal tersebut terjadi.

"Karena di keluarganya melakukan, akhirnya manifestasinya pada saat dia di pergaulan sosial terutama di pertemanan, ketika dia misalnya nggak suka sama seseorang, maka caranya mengungkapkan adalah dengan mengintimidasi," ungkapnya.

Bukan cuma itu, bullying yang dilakukan oleh seorang anak pada temannya di sekolah bisa jadi juga merupakan bentuk kemarahan yang tidak selesai, sehingga kini diproyeksikan pada temannya.

Anak merasa bahwa dirinya tidak berharga, tidak berdaya, dan selalu menjadi korban, sehingga ketika di sekolah misalnya dia punya kekuatan lebih, ia akan memproyeksikan kemarahan yang ia bawa dari rumah ke teman-temannya.

"Ketika dia sudah merasa punya kekuatan lebih, maka dia melakukan tadi karena ada kemarahan yang tidak selesai. Dia marah sama masa lalunya, sekarang proyeksinya di masa kini di orang orang yang dia kenal, dia dekat," jelasnya.

Korban Bullying Biasanya adalah Anak yang Kurang Percaya Diri

Jika anak yang kerap terpapar kekerasan maupun perundungan di rumah berisiko jadi pelaku bullying di sekolah, lantas anak seperti apa yang cenderung jadi target perundungan?

Irma menegaskan bahwa anak yang kurang percaya diri, anak yang tidak berani menolak dan bilang 'tidak' pada hal yang tak ia sukai, riskan jadi korban perundungan di sekolahnya.

Selain itu, anak yang mudah cemas dan gampang panik, serta anak berkebutuhan khusus (ABK) juga rentan jadi target bullying di sekolahnya.

Baca Juga: Perilaku Bullying Berdasarkan Usia Anak yang Perlu Orang Tua Tahu

"Biasanya anak-anak yang jadi target itu anak yang nggak percaya diri, yang pencemas, panikan, terus yang penakut, kemudian yang anak berkebutuhan khusus, anak-anak yang seperti ini cenderung potensial, berisiko untuk jadi korban, jadi sasaran targetnya si pem-bully," paparnya.

Dalam drama Korea Pyramid Game, anak dengan kriteria seperti yang disebutkan Irma memang ditampilkan sebagai korban bullying di sekolahnya tersebut.

Mereka adalah Myung Ja Eun (Ryu Da In) dan Pyo Ji Ae (Kim Se Hee), korban perundungan yang tidak bisa melawan pelaku, dan hanya bisa pasrah saja menerima perlakuan buruk dari teman sekelasnya.

Myun Ja Eun dan Pyo Ji Ae pun digambarkan sebagai anak yang pemalu, pendiam, dan penakut tidak berani melawan, sehingga makin jadi bulan-bulanan temannya, pelaku perundungan.

Apa yang Orang Tua Bisa Lakukan

Mengetahui bahwa perundungan bisa berawal dari keluarga terdekat dan rumah, entah itu anak jadi pelaku maupun korban, orang tua bisa melakukan beberapa hal untuk mencegahnya.

Pastinya, diperlukan partisipasi aktif dari orang tua agar anak tidak sampai menjadi pelaku maupun korban perundungan di sekolah.

Sebelum selektif memilih instansi tempat anak disekolahkan dan melihat pergaulan anak-anak di lingkungan sekolah tersebut, orang tua di rumah perlu memastikan bahwa pola asuh di rumah bisa mencegah anak jadi pelaku maupun korban perundungan.

"Keluarga perlu untuk memberikan sistem pengasuhan yang positif, tidak mempraktikan cara-cara kekerasan. Itu sudah pasti harus dihindari," terang Irma.

Di sisi lain, jika Kawan Puan menemukan bahwa anak memiliki ciri-ciri yang riskan membuatnya jadi target bullying, maka perlu ditanamkan kepercayaan diri yang besar pada buah hati.

Tujuannya menurut Irma adalah agar anak bisa berani bilang 'tidak', serta tahu cara membela dirinya jika sampai dirundung oleh teman. Minimal, anak juga tahu caranya melaporkan kasus bullying.

"Jadi kalau kita mengenali anak kita adalah anak yang nggak percaya diri, lalu nanti akan masuk ke lingkungan sekokah yang jumlahnya masif banyak berarti PR-nya adalah meningkatkan kepercaayan diri," ujarnya.

"Sehingga dia di SD, SMP bisa bilang 'enggak'. Dia bisa cari cara membela dirinya atau minimal dia tahu caranya melapor ke siapa," pungkasnya.

Tidak dapat dimungkiri bahwa bullying di sekolah adalah hal yang sangat mungkin terjadi. Sejauh ini, tidak ada satu pun sekolah yang zero bullying atau nol perundungan.

Sudah pasti akan ada bentuk-bentuk perundungan yang dilakukan oleh siswa sekolah, minimal contohnya seperti memanggil temannya dengan julukan atau label yang diberikan.

Oleh karena itu, berkaca dari drama Korea Pyramid Game serta kasus yang terjadi di kehidupan nyata, Kawan Puan bisa membantu agar anak tidak jadi pelaku maupun korban dengan dimulai dari pola asuh yang diterapkan di rumah.

Baca Juga: Berkaca dari Kasus Bullying Binus, Begini Peran Kedua Orang Tua sebagai Teladan Anak

(*)

Penulis:
Editor: Rizka Rachmania