Dr.  Firman Kurniawan S.

Pemerhati budaya dan komunikasi digital, pendiri LITEROS.org, dan penulis buku Digital Dilemma

Mempertimbangkan Kembali Cancel Culture sebagai Alat Pengatur Perilaku

Dr. Firman Kurniawan S. Sabtu, 12 November 2022
Pengamat komunikasi dan budaya digital ajak masyarakat mempertimbangkan kembali cancel culture sebagai alat pengatur perilaku.
Pengamat komunikasi dan budaya digital ajak masyarakat mempertimbangkan kembali cancel culture sebagai alat pengatur perilaku. Maria Bobrova

Tulisan ini merupakan pandangan pribadi dari penulis.

Baku hantam di pinggir jalan raya, pencurian kendaraan bermotor di pekarangan orang, tindakan asusila di sebuah perhelatan keluarga.

Semua mata dan kamera siap mengabadikan. Menjadikannya siap diolah jadi cerita.

Jadi cerita ketika hasil sensor itu dipadukan dengan media sosial, ini akan menghasilkan laporan bergambar, senilai berita oleh media massa konvensional.

Aktual, nyata, dan patut dipercaya.

Baca Juga: Viral di TikTok, Konten Video Adik Acha Septriasa Dinilai Rasis oleh Netizen Global

Informasi berjenis ini, bahan bakunya tersedia 24/7/365. Laporan yang dapat diproduksi selama 24 jam sehari, 7 hari dalam seminggu, dan 365 hari dalam setahun.

Tak kenal libur, selama ada mata yang menangkapnya, dan kehendak merangkainya jadi berita.

Sensor yang tak kenal jeda dan cerita yang dirangkai jadi punya kekuatan, manakala seluruhnya dipadukan dengan sanksi cancel culture.

Paduan ini mewujudkan diri jadi kekuatan yang mampu mengatur.

Perangkat pengatur yang dioperasikan para pengguna media sosial, mengarahkan perilaku masyarakat sesuai kehendak pemegang perangkat digital.