Anneila Firza Kadriyanti

Pengamat komunikasi politik gender; founder dan pegiat literasi digital Mari Melek Media; feminist blogger.

Aksi Panggung Pamungkas, Fan Service, dan Potensi Pelecehan Seksual

Anneila Firza Kadriyanti Selasa, 11 Oktober 2022
Pengamat komunikasi menanggapi aksi panggung Pamungkas yang jadi viral karena dianggap pelecehan seksual.
Pengamat komunikasi menanggapi aksi panggung Pamungkas yang jadi viral karena dianggap pelecehan seksual. (TribunBanten.com)

Tulisan ini merupakan pandangan pribadi dari penulis.

Parapuan.co - Penyanyi Pamungkas tengah menjadi pembicaraan warganet Indonesia sejak aksi panggungnya pada 8 Oktober silam.

Dalam sebuah video viral di jagat maya, terlihat Pam menggosokkan smartphone salah seorang penonton perempuan ke area selangkangannya.

Ketika video ini riuh tersebar, respon netizen didominasi oleh sentimen negatif yang mengomentari tindakan Pam sebagai perbuatan tidak senonoh dan merupakan bentuk pelecehan seksual.

Pam kemudian merespon anggapan warganet lewat postingan InstaStory bahwa tindakannya tak lebih dari sekedar fan service yang bertujuan untuk meningkatkan antusiasme audiens.

Tindakan Pamungkas pada saat konser di Bengkel Night Park Café kawasan SCBD, Jakarta, dituding sebagai bentuk pelecehan seksual terhadap penggemar perempuan. Namun yang cukup mengherankan netizen adalah sikap para audiens, terutama penonton perempuan, yang justru berteriak histeris sebagai bentuk excitement dan kegirangan.

Menjadi pertanyaan, benarkah yang dilakukan adalah tindakan pelecehan seksual, atau aksi itu tak lebih dari sekedar fan service seperti yang diklaim oleh Pamungkas?

Baca Juga: Beredar Video Viral Pamungkas di Medsos, Netizen Ikut Beri Komentar

‘Pelecehan’ Seksual di Atas Panggung Musik

Menurut Komnas Perempuan, pelecehan seksual didefinisikan sebagai suatu tindakan seksual lewat sentuhan fisik maupun non-fisik dengan sasaran organ seksual atau seksualitas korban.

Tindakan pelecehan ini ditampilkan antara lain lewat siulan, ucapan bernada seksual, sentuhan, mempertunjukkan pornografi dan keinginan seksual, dan beragam gerakan/isyarat lain yang seksual, sehingga menimbulkan perasaan tidak nyaman, tersinggung, merasa direndahkan, hingga menyebabkan masalah kesehatan dan kekhawatiran terhadap keselamatan diri.