Dr.  Firman Kurniawan S.

Pemerhati budaya dan komunikasi digital, pendiri LITEROS.org, dan penulis buku Digital Dilemma

Menyingkap Pekerjaan yang Tak Terlihat Pada Perempuan di Era Digital

Dr. Firman Kurniawan S. Jumat, 4 November 2022
Banyak pekerjaan perempuan sebagai ibu, pekerja, di era digital yang tak terlihat (invisible works), sehingga tak dianggap penting.
Banyak pekerjaan perempuan sebagai ibu, pekerja, di era digital yang tak terlihat (invisible works), sehingga tak dianggap penting. FangXiaNuo

Tulisan ini merupakan pandangan pribadi dari penulis.

Ini merupakan terminologi yang diterjemahkan dari invisible works. Pekerjanya disebut invisible worker, para pekerja yang tak tampak.

Pekerjaan Tak Kasatmata

Adanya pekerjaan-pekerjaan yang terkategori sebagai invisible work, dan menempatkan perempuan sebagai pekerjanya, bukan merupakan kenyataan baru.

Baca Juga: 5 Tanda Perusahaan Tempatmu Bekerja Ramah Terhadap Pekerja Perempuan

Kenyataan itu terkuak oleh penelitian-penelitian berlatar ilmu sosial, jauh sebelum riset Cooper.

Tak jarang dari penelitian macam itu kemudian tersingkap, hanya jenis kelamin dan ras tertentu saja yang diakui sebagai pekerja dan pekerjaannya dianggap bernilai.

Sisanya tak disebut sebagai pekerjaan. Hasil kerja perempuan maupun ras nonkulit putih, tak dihitung sebagai pekerjaan.

Kenyataan adanya pekerjaan yang tak dihargai, secara runut diuraikan oleh Sosiolog Arlene Kaplan Daniels, di tahun 1987.

Dia menulis pada artikel “Invisible Work”, untuk menggambarkan adanya pekerjaan yang tak dibayar, tak diakui, dan karenanya tak ada regulasinya.

Pemikiran Daniels ini, merupakan bagian artikel Natasha Pinon, 2020 dengan judul, “Invisible Labor is Real, and it Hurts: What You Need to Know”.