Belajar Fan Service ala Korea Selatan, Tak Sekadar Prestasi Estetik Tapi Juga Nilai Etik

Rizka Rachmania - Selasa, 11 Oktober 2022
Belajar ilmu fan service ala Korea Selatan yang tidak sekadar estetik namun juga menjunjung nilai etik.
Belajar ilmu fan service ala Korea Selatan yang tidak sekadar estetik namun juga menjunjung nilai etik. Robert vt Hoenderdaal

Korea menjadikan idola Kpop ini sebagai patron yang bertanggung jawab terhadap norma dan etika yang dianut oleh orang Korea.

"Nah, di Korea yang sama kayak kita di Timur nih, 4K (patron yang punya kekuasaan, kekayaan, ketenaran, dan kewibawaan) jadi tonggak berdirinya etika dan norma yang dianut oleh orang Korea," ucap Devie.

"Sekali mereka (idola Kpop) melanggar, cancel culture-nya kompak," imbuhnya.

Devie juga menyinggung tentang relasi idola Kpop dengan fans yang layaknya lokomotif dan gerbong kereta, di mana idola Kpop sebagai lokomotif dan fans sebagai gerbong.

Lokomotif amat menentukan arah gerbong, sehingga idola Kpop sebagai lokomotif ini harus punya etika, nilai, dan moral yang kemudian bakal diikuti oleh fansnya.

Bahkan, nilai, etika, dan moral yang dianut oleh idola Kpop ini dengan bangganya mereka promosikan dan kenalkan kepada seluruh fans di berbagai belahan dunia sehingga tak dimungkiri banyak fans Kpop yang amat hapal dengan budaya Korea Selatan hanya dari melihat idolanya.

"Fan service di Korea Selatan betul-betul memperhatikan nilai-nilai apa yang dianut oleh bangsa Korea, yang dia dengan percaya dirinya mempromosikan nilai-nilai itu ke seluruh dunia," terang Devie.

Tak Perlu Takut Kehilangan Fans Ketika Menjunjung Nilai dalam Fan Service

Muncul pertanyaan bagaimana jika seorang idola kehilangan fans atau pengikutnya ketika mereka tidak menuruti permintaan fans. Misalnya menolak untuk berfoto sambil kontak fisik, memeluk, atau bahkan mencium.

Di mana dalam hal ini idola Korea Selatan dengan teguh tidak ingin melakukan kontak fisik yang terlalu dekat dengan fansnya, atau juga orang lain karena nilai dan etika yang mereka anut sejak awal.

Bahkan ketika berfoto dengan sesama artis maupun fans yang berbeda gender, idola Kpop ini akan menjaga tangannya untuk tidak menyentuh dan menghindari kontak fisik. Itu merupakan salah satu etika yang dipegang teguh oleh para idola Kpop.

Menurut Devie, ketika idola yang merupakan lokomotif ini memegang teguh nilai dan etikanya, maka fans atau pengikutnya tidak akan mempermasalahkan hal tersebut. Idola tidak perlu khawatir kehilangan fans jika memang dia sudah punya nilai-nilai yang dianut.

Justru dengan konsistensi idola Kpop menjaga nilai dan etika, fans akan mengerti dan menghormati nilai tersebut.

"Justru karena artisnya itu sudah punya pakem nilai, apa yang terjadi? Fansnya Korea bedanya sama fans Barat, lihat deh, mereka itu justru berlomba-lomba menjadi fans yang paling tertib," ucap Devie.

"Kalau artis Barat yang datang itu fansnya sibur nyakar bintangnya, nyubit, narik, merobek, lihat fans Korea. Nggak pernah mereka melakukan itu. Bahkan fans setiap negara saling berlomba menjadi fans yang paling tertib. Itu hebatnya Korea," imbuhnya.

Devie menjelaskan lebih lanjut bahwa kondisi tersebut amat mungkin terjadi karena idola Kpop sebagai lokomotif ini mampu menjaga nilai dan etika yang dipegang teguh sehingga fans sebagai gerbong akan mengikuti cara dia bersikap dan berinteraksi dengannya.

"Intinya kalau seorang bintang punya nilai-nilai seperti di Korea, fansnya justru mengikuti. Ini contoh sempurna dari praktik lokomotif gerbong. Kalau lokomotifnya punya sebuah nilai-nilai. gerbongnya ngikut," jelas Devie.

Pada akhirnya, Devie menegaskan bahwa fan service di Korea Selatan amat sangat menjunjung nilai dan etika, namun tidak pernah kehilangan fans karena tidak mau sentuhan fisik ataupun menuruti semua permintaan fans.

Hal itu terjadi karena sebagai lokomotif, seorang idola sebenarnya punya kemampuan untuk memastikan gerbongnya memiliki nilai-nilai yang sama dengannya.

"Majunya Korea dalam hal manajemen dunia hiburan yang mereka tidak hanya berfokus pada prestasi estetik tapi juga menegakkan etik," tukas Devie Rahmawati.

Baca Juga: Mayoritasnya Perempuan, Komunitas BTS ARMY Indonesia Hadapi Komentar Bias Gender

(*)

Sumber: scmp,Cewekbanget
Penulis:
Editor: Rizka Rachmania