Apa Itu Sindrom Overtraining? Berikut Ini Penjelasan serta Gejalanya

Anna Maria Anggita - Sabtu, 12 Maret 2022
Sindrom overtraining
Sindrom overtraining iammotos

Parapuan.co - Berolahraga secara berlebihan tanpa meluangkan waktu untuk istirahat dapat berdampak secara fisik maupun mental.

Hal tersebut dapat meneyebabkan kondisi yang dikenal sebagai sindrom overtraining.

Latihan yang berlebihan dapat menyebabkan penurunan kinerja atletik yang dapat bertahan lama. Bahkan, terkadang membutuhkan waktu beberapa minggu atau bulan untuk memperbaikinya.

Bukan hanya secara fisik, sindrom overtraining atau sindrom karena kelebihan latihan olahraga ini juga menimbulkan efek psikologis.

Bisa begitu karena sindrom overtraining juga dapat menyebabkan perubahan suasana hati yang tidak menguntungkan.

Bahkan sindrom overtraining dapat meningkatkan gejala kecemasan dan depresi.

Untuk menghindari dampak lain dari sindrom overtraining, maka kamu perlu mengetahui tanda-tandanya agar bisa lebih bijak saat berolahraga.

Melansir dari Very Well Fit, berikut ini sederet gejala tubuh ketika mengalami sindrom overtraining. Yuk, simak apa saja!

1. Nafsu makan berkurang atau berat badan turun.

Baca Juga: Ada Squat, Ini 5 Olahraga Kardio Tanpa Lompat untuk Bakar Lemak Perut

2. Merasa tertekan, cemas, murung, atau mudah tersinggung.

3. Peningkatan insiden cedera atau sakit kepala.

4. Insomnia (kesulitan tidur atau sulit tidur nyenyak yang berkelanjutan).

5. Denyut jantung atau irama jantung tidak teratur.

6. Kurang energi, merasa lelah, lelah, atau terkuras.

7. Hilangnya antusiasme terhadap olahraga, atau berkurangnya daya saing.

8. Kekebalan yang lebih rendah (peningkatan jumlah pilek, dan sakit tenggorokan).

9. Otot ringan atau nyeri sendi, sakit umum dan nyeri.

10. Mengurangi kapasitas, intensitas, atau kinerja pelatihan.

Baca Juga: 4 Gerakan Olahraga Mudah untuk Atasi Nyeri Lutut, Salah Satunya Squat

11. Masalah reproduksi.

12. Sulit berkonsentrasi dan mengganggu aktivitas sehari-hari.

Lantas, bagaimana cara mencegah sindrom overtraining?

Sebenarnya, mungkin sulit untuk memprediksi apakah seseorang yang rutin berolahraga itu berisiko mengalami overtraining.

Hal ini dikarenakan setiap orang merespons secara berbeda terhadap berbagai rutinitas pelatihan.

Akan tetapi, penting bagi semua orang untuk melakukan variasi dalam latihan dan menjadwalkan waktu istirahat yang cukup. 

Nah, simaklah ini 3 cara mencegah overtraining yang bisa kamu lakukan setiap olahraga. 

1. Perhatikan suasana hati 

Baca Juga: 5 Rekomendasi OIahraga untuk Perempuan Usia 50an, Ada Renang hingga Golf

Penurunan perasaan positif untuk olahraga dan peningkatan perasaan negatif, seperti depresi, kemarahan, dan kelelahan sering muncul setelah beberapa hari overtraining intensif.

Begitu kamu mulai menyadari perasaan ini, luangkan waktu untuk beristirahat, ya.

2. Catat latihan

Catatan pelatihan yang menyertakan tentang perasaanmu setiap hari dapat membantu melihat tren penurunan dan peningkatan antusiasme.

Sangat penting untuk mendengarkan tubuh kamu yang memberi sinyal dan beristirahat ketika kamu merasa sangat lelah.

3. Pantau detak jantung

Langkah berikutnya untuk mencegah sindrom overtraining adalah dengan memantau detak jantung.

Jika detak jantung meningkat saat istirahat atau pada intensitas tertentu, mungkin kamu berisiko mengalami sindrom overtraining, terutama jika salah satu gejala di atas mulai berkembang. 

Nah, agar Kawan Puan tidak mengalami sindrom overtraining, pastikan untuk mengikuti tips pencegahan di atas, ya.

Baca Juga: Dengarkan Tubuhmu, Ini Olahraga yang Bisa Dijajal Saat Menstruasi

Berolahraga ialah hal yang penting untuk dilakukan, tetapi jika sudah berlebihan maka hasilnya justru bisa menjadi tidak baik. (*)

Sumber: Very Well Fit
Penulis:
Editor: Aghnia Hilya Nizarisda

Pertama Kali ke Jogja? Baca Rekomendasi Wisata Ini