5 Minyak Goreng yang Buruk Bagi Tubuh Tapi Dikira Sehat, Apa saja?

Anna Maria Anggita - Rabu, 24 November 2021
Minyak goreng yang buruk bagi kesehatan
Minyak goreng yang buruk bagi kesehatan alenkadr

Parapuan.co - Menyantap makanan yang serba digoreng rasanya sudah menjadi kesukaan hampir semua orang Indonesia. 

 

Bahkan, tak ada hari tanpa menggunakan minyak goreng baik itu untuk memasak sayur, daging, dan telur.

Dikarenakan kebiasaan masyarakat Indonesia yang sering menggunakan minyak goreng dalam segala jenis masakan, maka penting bagi Kawan Puan untuk memilih jenis minyak yang akan digunakan.

Sebab, ada lho jenis minyak goreng yang seringkali dikira baik dan cocok untuk memasak, tapi justru buruk bagi kesehatanmu.

Perlu kamu ketahui bahwa minyak goreng yang buruk bagi kesehatan bisa meningkatkan berbagai risiko kesehatan.

Oleh karena itu, penting bagi Kawan Puan untuk memilih minyak goreng yang akan digunakan untuk memasak.

Sayangnya, tak sedikit orang yang mengira bahwa minyak goreng yang dipasarkan itu sehat, padahal tidak demikian.

Baca Juga: Mudah! Ini 5 Tips Memasak Jantung Pisang agar Empuk dan Tidak Pahit

Dilansir dari Healy Eats Real, berikut ini lima jenis minyak goreng yang buruk tapi justru dikira sehat, simak ya!

1. Minyak biji anggur

Minyak biji anggur mengandung sekitar 70 persen asam lemak omega-6.

Terlalu banyak asam lemak tak jenuh ganda omega-6 menyebabkan peradangan pada tubuh.

Peradangan tersebut merupakan penyebab dari penyakit jantung dan dapat menimbulkan masalah kesehatan lainnya seperti kanker dan gangguan autoimun.

Minyak yang tinggi lemak tak jenuh ganda omega-6 seperti minyak biji anggur sangat rapuh dan karena itu rentan terhadap oksidasi.

Minyak teroksidasi itu menciptakan radikal bebas yang juga dapat menyebabkan kanker, peradangan, ketidakseimbangan hormon dan kerusakan tiroid.

Bahkan minyak biji anggur yang diperas dingin mungkin tidak rusak selama pemrosesan, tetapi masih tinggi omega-6.

Kebanyakan orang mengonsumsi terlalu banyak omega-6 dalam makanan (dari jagung, kedelai, dan makanan olahan) sehingga harus berupaya menurunkannya dan meningkatkan omega-3 (dari ikan, makanan laut, rami, dan chia).

Sumber: Healy Eats Real
Penulis:
Editor: Dinia Adrianjara