Dampak Perubahan Gaya Hidup selama Pandemi terhadap Risiko Diabetes

Aghnia Hilya Nizarisda - Senin, 15 November 2021
Salah satu perubahan gaya hidup yang baik di masa pandemi ialah makin rajin olahraga.
Salah satu perubahan gaya hidup yang baik di masa pandemi ialah makin rajin olahraga. SimonSkafar

Parapuan.co - Masa pandemi tidak dimungkiri membuat kita melakukan banyak perubahan gaya hidup demi beradaptasi dan menjaga kesehatan diri.

Rupanya, menurut survei Merck dalam rangka Hari Diabetes Sedunia 2021, perubahan gaya hidup selama pandemi dapat mengurangi sekaligus meningkatkan risiko terhadap diabetes.

Survei yang dilakukan Merck bekerjasama dengan YouGov dan diinisasi oleh International Diabetes Federation (IDF) itu pun menyerukan pentingnya pencegahan diabetes.

Pasalnya, lebih dari 460 juta orang di seluruh dunia menderita diabetes dan prediabetes yang sebenarnya dapat dicegah dengan perubahan gaya hidup.

Terkait perubahan gaya hidup, ternyata survei yang melibatkan 8 negara dengan 8.000 orang dewasa itu mengungapkan bahwa orang Indonesia telah melakukannya.

Baca Juga: Hari Diabetes Sedunia, Ini 5 Tips Mengelola Stres untuk Penderita Diabetes Tipe 2

Perubahan gaya hidup, entah mengurangi atau meningkatkan risiko diabetes, selama masa pandemi itu disebabkan semakin banyaknya waktu luang di rumah.

 

Banyak responden mengatakan, mereka melakukan perubahan yang lebih sehat, seperti 51% lebih banyak makan buah dan sayuran dan 40% makin sering berolahraga selama masa pandemi.

Akan tetapi, tidak sedikit pula responden yang lebih sering mengonsumsi makanan tinggi lemak dan gula (13%) dan semakin jarang berolahraga (19%).

Padahal, dari survei tersebut juga terungkap bahwa sebanyak 68% orang di Indonesia percaya bahwa perubahan gaya hidup yang dapat mengurangi risiko terhadap diabetes.

Tak hanya itu, 73% responden pun menyadari bahwa asupan makanan tinggi gula memainkan peran utama dalam menyebabkan diabetes.

Sayangnya, survei itu mengungkap, sebagian besar masyarakat Indonesia (82%) tak tahu harus bertanya kepada siapa atau mengakses sumber informasi terpercaya tentang risiko diabetes.

Sementara itu, hasil survei juga menunjukkan 67% akan mencoba mengakses informasi terpercaya tentang faktor risiko diabetes di internet.

Selain itu, ada 21% responden yang menggunakan program TV dan 35% yang berbicara dengan keluarga atau teman untuk mencari informasi tentang diabetes.

Data tersebut pun seakan berbicara bahwa perlu lebih banyak inisiatif dan platform terpercaya untuk terus mengedukasi masyarakat terkait bahaya diabetes dan cara mencegahnya.

 

"Pandemi Covid-19 telah membawa perubahan besar terhadap gaya hidup yang dapat menjadikan kita lebih sehat ataupun tidak," ujar Evie Yulin, Presiden Direktur PT Merck Tbk. 

"Saat ini, kita sudah mulai beradaptasi untuk hidup berdampingan dengan virus ini dan perlu memahami kebiasaan yang dapat mengurangi atau meningkatkan risiko diabetes," tambahnya.

Evie pun mengingatkan, "Dengan demikian, kita dapat membuat pilihan yang tepat untuk mempertahankan yang gaya hidup yang sehat dan mengubah yang buruk menjadi baik."

Baca Juga: Waspada! Inilah Gejala dan Faktor Risiko Diabetes Tipe 2 pada Anak

Pasalnya, risiko terkena diabetes tipe 2 dapat dikurangi hingga 58% dengan perubahan gaya hidup, seperti pola makan yang seimbang, rutin berolahraga, dan menurunkan berat badan.

Penelitian menunjukkan bahwa setiap penurunan berat badan hingga satu kilogram, risiko terkena diabetes pun ikut berkurang hingga 16%.

Pentingnya updaya pencegahan risiko diabetes ini pun kembali ditegaskan oleh dr. L. Aswin Pramono, M.Epid., Sp.PD dari Rumah Sakit St. Carolus Jakarta.

"Prediabetes merupakan kondisi gula darah yang tinggi, tetapi belum sampai menyentuh kriteria diagnosis diabetes," terang dr. L. Aswin.

Namun, katanya, "Tidak banyak yang menyadari kondisi prediabetes, karena memang gejalanya yang minim sampai kemudian berkembang menjadi diabetes dan menimbulkan komplikasi."

Untuk mencegahnya, sangat direkomendasikan untuk rutin berolahraga setidaknya 150 menit seminggu, atau 30 menit setiap hari selama 5 hari dalam seminggu.

Olahraga yang dilakukan misalnya berjalan kaki, naik sepeda, atau berenang.

Usaha lainnya dalam mengobati prediabetes adalah berusaha mengubah pola makan dengan diet yang bergizi seimbang dan mengelola stres.

"Untuk itu, sebuah kampanye yang dapat mendorong perubahan gaya hidup akan sangat diperlukan untuk membantu mengedukasi masyarakat." ungkap dr. L. Aswin.

Maka dari itu, bekerjasama dengan para tenaga kesehatan profesional, Merck meluncurkan kampanye yang mendorong perubahan gaya hidup untuk memitigasi risiko diabetes.

Selain itu, Merck pun melakukan Webinar publik “See it, slow it, stop it! Cegah prediabetes dimulai dari keluarga” serta kampanye edukasi di media sosial @merckindonesia.

Lantas, jika kamu ingin mencari tahu bagaimana perubahan gaya hidup memengaruhi risiko diabetesmu, kamu dapat mengikuti penilaian prediabetes online Merck dengan mengunjungi www.cekprediabetes.com.

Selamat mencoba dan melakukan perubahan gaya hidup yang lebih baik, ya! (*)

 

BERITA TERPOPULER WELLNESS: Tips Memilih Resto BBQ Korea Enak hingga Tips Membuat Roti Kukus Srikaya