Parapuan.co - Apakah Kawan Puan pernah merasa sedih atau kesal karena pasangan yang menutup diri dari hubungan? Hal ini dikenal dengan stonewalling atau sikap menutup diri dalam komunikasi yang kerap kali dianggap sepele dalam hubungan. Tentu saja hal tersebut memberikan dampak yang negatif dalam suatu hubungan.
Istilah ini mengacu pada perilaku menolak berkomunikasi dengan pasangan, baik secara verbal maupun nonverbal, yang pada akhirnya menciptakan jarak emosional. Sikap ini sering diwujudkan melalui silent treatment atau sikap mendiamkan lawan bicara saat konflik terjadi.
Melansir laman Verywellmind, stonewalling dapat terlihat dari berbagai bentuk perilaku. Misalnya, menolak menjawab pertanyaan pasangan, menghindari kontak mata, pura-pura sibuk untuk tidak melanjutkan diskusi, atau bahkan meninggalkan ruangan saat perbincangan mulai terasa menegangkan.
Sekilas, Kawan Puan mungkin menganggap tindakan ini sebagai upaya menenangkan situasi, tetapi jika dibiarkan berulang, ia bisa menjadi kebiasaan merusak yang mengikis keintiman dan kemampuan pasangan menyelesaikan masalah.
Ciri-Ciri Pasangan Melakukan Stonewalling
Seseorang yang melakukan stonewalling tidak selalu mudah dikenali. Ada yang terlihat jelas, seperti mendiamkan pasangan, menutup telinga dari pembicaraan, atau keluar tiba-tiba dari ruang diskusi. Namun, ada pula yang lebih halus, seperti mengalihkan topik ke hal lain, menunda-nunda percakapan dengan alasan sibuk, atau menggunakan bahasa tubuh yang meremehkan seperti memutar bola mata.
Semua bentuk itu membuat pasangan merasa tidak didengarkan dan akhirnya terjebak dalam frustrasi. Sehingga, orang yang menjadi korban stonewalling, pasti akan merasa terluka, marah, hingga bingung adalah hal yang lumrah. Mereka kerap merasa harga dirinya direndahkan dan kepercayaan dalam hubungan terganggu.
Dan dalam jangka panjang, kondisi ini dapat menimbulkan rasa tidak berdaya, bahkan membuat seseorang mempertanyakan realitas serta pengalamannya sendiri.
Hubungan menjadi Tidak Sehat
Baca Juga: Peran Perempuan dalam Mendampingi Pasangan dengan Masalah Kesehatan Mental