Kasus Lady Gaga Jadi Bukti Stereotip Gender di Industri Hiburan Tinggi, Kok Bisa?

Arintha Widya - Sabtu, 22 Mei 2021
Lady Gaga
Lady Gaga

Parapuan.co - Lady Gaga baru-baru ini mengungkapkan masa lalunya di acara docuseries Pangeran Harry dan Oprah Winfrey yang tayang di Apple TV+.

Ia bercerita bahwa saat berusia 19 tahun, dirinya pernah dilecehkan oleh seorang produser musik sampai hamil.

Kisah Lady Gaga itu seolah menunjukkan kalau dominasi laki-laki dan kesenjangan gender juga terjadi di dunia hiburan.

Industri hiburan yang didominasi oleh laki-laki membuat perempuan kerap berada di posisi rentan hingga mengalami pelecehan seksual.

Baca Juga: Diperkosa hingga Hamil di Usia 19 Tahun, Lady Gaga Ungkap Masa Lalunya

Data ILO (International Labour Organization) yang dihimpun pada November 2020 menunjukkan fakta adanya kesenjangan tersebut.

Untuk lebih jelasnya, PARAPUAN merangkum informasi status pekerja perempuan di industri hiburan berdasarkan data ILO berikut ini:

Persentase pekerja perempuan di industri hiburan

Tak ubahnya di perusahaan-perusahaan konvensional, perempuan di industri hiburan juga mendapatkan upah lebih rendah dibandingkan laki-laki.

Persentase pekerja perempuan juga lebih sedikit, baik di belakang maupun di depan layar.

Sebagai contoh, pada 2013, ILO mencatat jumlah pekerja di sektor audiovisual saja didominasi kaum laki-laki, yaitu sebanyak 61 persen.

Contoh lainnya, di dunia perfilman, tokoh utama perempuan pun masih jarang ditemukan.

Semisal pada 2017, dari 100 film yang dirilis, film yang menampilkan perempuan sebagai karakter utama hanya sekitar 33 saja.

Tak hanya sampai di situ, tokoh perempuan dalam film juga digambarkan sebagai objek seksual.

Mereka tampil dengan pakaian ketat dan beberapa malah memperlihatkan ketelanjangan.

Stereotip gender di industri hiburan semacam itulah yang membuat perempuan merasa tidak aman bekerja sebagai seniman.

Mereka lebih sering menerima perilaku pelecehan, mulai dari yang verbal sampai berujung pada kekerasan.

Lebih lanjut, jarang sekali ada perempuan yang melanjutkan kariernya di dunia hiburan dan memilih menyerah di tengah jalan.

Atau, sedikit sekali dari mereka yang dapat mencapai posisi tertinggi dalam karier, baik sebagai penyanyi, aktris, produser musik, dan sebagainya.

Baca Juga: Becermin dari Kasus Lady Gaga, Mengapa di Industri Hiburan Kerap Terjadi Kekerasan Seksual?

Kesenjangan gender di industri hiburan dalam berbagai sektor

Di belakang layar, pekerja perempuan untuk dunia hiburan sebagai penulis naskah, sutradara, editor video, dan lain-lain juga sedikit.

Perempuan, sebagian besar mendominasi pekerjaan sebagai penata busana dan penata rias saja.

Untuk pekerjaan penting seperti penulis skenario, produser, hingga sutradara, kaum laki-laki masih mendominasi.

ILO mencontohkan, dari 21 serial yang dianalisis selama 11 tahun, hanya 21 persen yang diproduksi oleh sutradara perempuan.

Untuk penulisan skenario pun, cuma sekitar 26 persen naskah yang penulisnya adalah perempuan.

Baca Juga: Polisi Berhasil Amankan 2 Anjing Lady Gaga yang Sempat Diculik

Bisa jadi, persentase perempuan yang sedikit di berbagai sektor di dunia hiburan inilah yang membuat posisi kaum hawa jadi disepelekan.

Maka tidak heran jika perempuan memenangkan penghargaan sebagai sutradara atau musisi terbaik, dunia langsung menjadikannya sorotan.

Salah satu alasannya ialah, anggpan bahwa tidak banyak perempuan yang mampu meraih prestasi besar di industri hiburan.

Padahal kalau diberikan kesempatan dan kebebasan untuk berkarier dan berkarya, banyak perempuan yang berhasil mendapatkan penghargaan atas pencapaiannya.

Walau pelecehan seksual sendiri bisa dialami laki-laki maupun perempuan, tapi menurut catatan, perempuanlah yang paling banyak mengalaminya.

Kiranya dari kasus Lady Gaga ini, pelaku industri hiburan, terutama kaum perempuan bisa berani melapor apabila dilecehkan, bahkan sampai diancam dan dianiaya. (*)

Sumber: ilo.org
Penulis:
Editor: Rizka Rachmania