Tidak kalah penting adalah penghargaan terhadap nilai, keyakinan, dan pendapat orang lain, meski berbeda dengan yang kita miliki. Dengan sikap ini, hubungan tidak hanya bertahan, tapi juga berkembang menjadi lebih dewasa dan saling menghormati.
Dalam konteks batasan sehat, berbagi informasi juga dilakukan secara tepat. Tidak semua hal harus diceritakan secara berlebihan, namun keterbukaan tetap dijaga pada momen yang sesuai. Keterbukaan tersebut menjadi kunci, selama tidak mengorbankan diri sendiri dengan cara yang merugikan.
Lalu, Bagaimana Jika Berubah Menjadi Unhealthy Boundaries?
Sebaliknya, hubungan bisa menjadi tidak sehat ketika batasan diabaikan. Misalnya, seseorang yang selalu mengatakan “ya” pada pekerjaan baru meski sudah kewalahan, hanya demi menyenangkan orang lain. Lama-kelamaan, kondisi ini dapat menimbulkan stres dan burnout.
Contoh lain adalah memberikan “silent treatment” ketika marah, alih-alih mengutarakan alasan sebenarnya. Sikap ini tidak hanya merusak komunikasi, tetapi juga menimbulkan jarak emosional yang semakin memperburuk keadaan.
Unhealthy boundaries juga terlihat ketika seseorang dengan mudah mengorbankan nilai atau prinsip pribadi hanya untuk diterima. Hal ini dapat membuat diri kehilangan jati diri dan merasa tertekan dalam jangka panjang.
Ada pula bentuk manipulasi, ketika seseorang menggunakan cara-cara tidak sehat untuk memaksa orang lain melakukan sesuatu yang tidak mereka inginkan. Situasi semacam ini bisa berujung pada hubungan yang penuh tekanan dan tidak seimbang.
Selain itu, berbagi informasi secara berlebihan juga menjadi tanda batasan yang tidak sehat. Alih-alih mempererat hubungan, hal ini justru bisa membuka celah kerentanan yang dimanfaatkan oleh pihak lain.
Baca Juga: Suka Menutup Diri dalam Komunikasi dengan Pasangan? Bisa Jadi Kamu Stonewalling
Yang lebih berbahaya, unhealthy boundaries dapat dengan cepat berkembang menjadi bentuk kekerasan. Baik fisik, seksual, maupun emosional, kekerasan adalah pelanggaran batasan paling nyata dan merusak keselamatan korban.
Oleh karena itu, Kawan Puan perlu memahami dan menetapkan batasan sehat yang bukan sekadar wacana, melainkan untuk menjaga kualitas hubungan. Dengan batasan yang jelas, setiap Kawan Puan bisa merasa dihargai, aman, dan bebas menjadi dirinya sendiri.
Healthy boundaries adalah kunci untuk hubungan yang setia, positif, dan saling membangun. Tanpa batasan, tentunya sebuah hubungan rawan kehilangan arah. Tetapi, dengan batasan, kepercayaan, rasa hormat, dan cinta, hubungan bisa tumbuh dengan lebih kokoh.
(*)
Putri Renata