Parapuan.co - Dunia kecantikan saat ini semakin terasa melelahkan. Rasanya, energi dan waktu sudah mulai terkuras memikirkan bagaimana merawat diri dengan baik, menggunakan berbagai produk dan teknik perawatan kecantikan.
Disebutkan dalam bagian dari seri "Future of Appearance", kumpulan artikel yang menyelidiki seperti apa penampilan kita dalam 20 tahun, Vogue mencatat bahwa paradigma yang berlaku bukan lagi sekadar merawat diri, melainkan “high maintenance to be low maintenance” — upaya besar untuk terlihat seolah-olah effortless.
Dari sulam alis dan bibir semi permanen, perawatan bulu mata, terapi cahaya merah, hingga pijat wajah dengan arus mikro, semuanya dilakukan demi mencapai tampilan “alami” yang ternyata penuh kerja keras. Bahkan rutinitas pagi, yang kini disebut morning shed, dipenuhi dengan ritual melepas masker wajah, lip tint peel-off, sampai hair curler tanpa panas — seolah persiapan hari dimulai dengan mengumpulkan sampah sisa perawatan malam.
Fenomena ini menjangkau semua kelompok usia. Anak-anak praremaja sudah memakai produk anti-aging, nenek-nenek mencari “glamma makeover”, sementara di tengah-tengah, ada orang berusia 38 tahun yang rela menghabiskan Rp2,3 miliar untuk facelift preventif.
Menurut International Society of Aesthetic Plastic Surgery, prosedur non-bedah seperti botox dan filler meningkat hampir 58 persen antara 2019 dan 2023. Semua itu tentu memerlukan biaya besar, waktu berulang, dan komitmen seumur hidup.
"Kecantikan telah menjadi bagian yang begitu menyita waktu dan energi dalam kehidupan orang-orang selama dekade terakhir. Rasanya hampir tak terbandingkan," ujar Zeynab Mohamed, jurnalis industri kecantikan dan penulis Face Value.
Namun, ia juga mengakui, rutinitas kecil kini terasa seperti beban berat. Bukan hanya konsumen yang kewalahan, tapi juga para influencer yang mulai meninggalkan dunia ini karena kelelahan mental dan finansial.
Beauty Burnout di Tengah Krisis Global
Pertanyaan yang kini muncul: apakah kita menuju beauty burnout? Tanda-tandanya sudah terlihat. Trend forecaster WGSN bahkan memprediksi fenomena Great Exhaustion yang akan memuncak pada 2026, dipicu krisis global yang saling menumpuk — dari perubahan iklim, kesenjangan ekonomi, biaya kesehatan yang meroket, hingga perang yang tak berkesudahan.
Baca Juga: Tren Kecantikan 2025, Dari Skincare Gen Z hingga Brand K-Beauty Premium