Kecantikan Mulai Menyita Waktu dan Energi, Akankah Kita Menuju Beauty Burnout?

Arintha Widya - Rabu, 10 September 2025
Serba-serbi tentang kecantikan yang mulai melelahkan.
Serba-serbi tentang kecantikan yang mulai melelahkan. MARHARYTA MARKO

Baca Juga: Inovasi Perawatan Kecantikan dan Kesehatan, Stem Cell Jadi Primadona Baru

Ironisnya, bahkan para pengkritik paling vokal industri kecantikan pun masih sulit lepas darinya. Zeynab Mohamed mengaku rutinitasnya melelahkan, tetapi tetap dilakukan. Lee Tilghman, mantan influencer yang kini menulis memoar, tetap memamerkan highlight rambut barunya.

Di pesta peluncuran novel Aesthetica, suntik Dysport bahkan ditawarkan gratis. Sutradara film The Substance, Coralie Fargeat, terang-terangan berkata ia akan menggunakan “substansi” itu jika nyata.

Di sisi lain, inflasi ekonomi juga berperan. Harga produk kecantikan premium naik hampir 9 persen dalam setahun terakhir. Zeynab berpendapat, "Saya tidak yakin para penggemar kecantikan akan meninggalkan rutinitas mereka, tapi mereka akan jadi lebih strategis dalam membelanjakan uang."

Artinya, pergeseran mungkin terjadi pada cara konsumsi, bukan pada obsesi itu sendiri.

Kecantikan di Ambang Batas

Apakah dunia kecantikan akan runtuh oleh kelelahan konsumennya? Sepertinya tidak. Justru rasa lelah itu sendiri dijadikan “masalah baru” untuk dijual solusinya: produk anti-stres, serum anti-polusi, suplemen tidur, hingga perawatan untuk keriput punggung.

"Burnout bisa memanifestasikan diri secara fisik," kata Tilghman, yang berpengalaman langsung mengalaminya. Rambut rontok, jerawat, kulit kusam, hingga penuaan dini akan terus dipasarkan sebagai “masalah yang bisa diatasi”.

Mungkin pepatah lama lebih relevan jika dibalik: kecantikan bukanlah penderitaan, melainkan penderitaanlah yang menjadi bahan bakar kecantikan.

Dalam dunia yang terasa tidak stabil, orang berusaha mengendalikan satu hal yang masih bisa kita atur, yaitu wajah kita sendiri.

Baca Juga: Ini Strategi Inovasi Produk dan Kunci Bertahan di Pasar Kecantikan Menurut Luxcrime

(*)

Sumber: Vogue
Penulis:
Editor: Arintha Widya