Parapuan.co - Bagi banyak orang tua, jam tidur anak sering terasa seperti medan pertempuran. Ada yang harus menghadapi tangisan panjang sebelum anak benar-benar terlelap, ada pula yang berkali-kali mengembalikan si kecil ke kamar setelah ia keluar dengan berbagai alasan.
Tidak heran jika banyak orang tua akhirnya bertanya-tanya, apakah rutinitas malam yang terlalu kaku justru membuat segalanya lebih sulit? Faktanya, beberapa orang tua menemukan bahwa melonggarkan aturan jam tidur bisa jadi solusi tak terduga.
Alih-alih gagal, strategi ini justru membantu anak lebih mandiri sekaligus memberi ketenangan bagi orang tua. Yuk, simak strategi agar tidak ada drama jelang jam tidur anak, sebagaimana merangkum Parents!
Mengapa Melepas Kontrol Bisa Jadi Kemenangan
Orang tua sering merasa kalah jika “menyerah” dari rutinitas yang sudah disusun rapi. Namun kenyataannya, tidur bukan sesuatu yang bisa dipaksa. Bahkan, kita sebagai orang dewasa pun tidak bisa memaksa diri langsung terlelap.
Ketika anak diberi kesempatan untuk mengatur waktu tidurnya sendiri (dengan syarat tetap berada di kamar dan tidak menggunakan gawai), ia belajar mengenali rasa lelah, menemukan cara menenangkan diri, dan akhirnya tidur dengan sendirinya. Banyak orang tua menyebut momen ini sebagai bentuk small independence yang patut dihargai.
Tips Agar Strategi Ini Berjalan Efektif
1. Tetap lakukan rutinitas inti
Pastikan anak tetap mandi, menggosok gigi, dan membaca buku atau melakukan aktivitas tenang sebelum “waktu bebas” di kamar dimulai. Ini memberi sinyal bahwa malam memang waktunya beristirahat.
Baca Juga: Tips Tidur Sehat untuk Anak Berdasarkan Usianya, Ibu Perlu Tahu
2. Buat aturan sederhana
Misalnya, anak boleh bermain atau membaca di kamar, tetapi tidak boleh keluar berulang kali, menyalakan layar, atau membuat kebisingan.
3. Berikan suasana yang mendukung tidur
Lampu redup, suara white noise, atau tirai yang sedikit terbuka bisa membantu anak merasa nyaman hingga akhirnya tertidur.
4. Berikan ruang untuk imajinasi
Jangan heran jika anak memilih mengobrol dengan boneka, berpura-pura minum teh, atau bercerita sendiri sebelum tidur. Aktivitas ini justru menenangkan dan membantu proses transisi menuju tidur.
5. Kenali kondisi khusus
Tidak semua anak akan langsung cocok dengan pendekatan ini. Anak dengan kecemasan tinggi atau ADHD, misalnya, mungkin tetap membutuhkan pendampingan lebih lama sebelum bisa mandiri.
Kapan Harus Kembali ke Rutinitas Ketat?
Jika kelonggaran ini membuat anak tidur terlalu larut setiap malam hingga mengganggu jam bangun pagi atau aktivitas sekolah, orang tua bisa menyesuaikan kembali. Intinya bukan soal menang atau kalah, melainkan menemukan ritme yang sesuai dengan kebutuhan keluarga.
Menyerah dari rutinitas jam tidur yang kaku bukan berarti gagal sebagai orang tua. Justru, memberi anak sedikit kendali atas waktu tidurnya bisa menjadi cara efektif untuk menumbuhkan kemandirian sekaligus mengurangi stres orang tua. Seperti yang sering ditekankan banyak ahli parenting: rutinitas itu penting, tetapi fleksibilitas jauh lebih bernilai.
Baca Juga: Gangguan Tidur Anak Bisa Hambat Tumbuh Kembang, Ini Faktanya
(*)